Aku melangkahkan kaki dengan semangat menyusuri koridor foodcourt mall sambil kedua tanganku membawa dua buah cemilan. Satu crepes, untukku, dan satu es krim cokelat, untuk menemaninya mengutak atik laptopnya. Margo City, Depok, disinilah kami sekarang. Cerita berawal dr janjiku untuk mendapinginya ke universitas Gunadarma Depok, salah satu lokasi kampus kami. Ia ingin meriset tempat yg akan didatanginya hari Jum’at besok, agar lebih mudah mencarinya nanti.
Jam keberangkatan tertunda sedikit, tapi tidak menyurutkan niat kami sedikitpun untuk pergi hari itu. Pukul 10 lewat, ia menjemputku dan membawaku pergi segera setelah pamit kepada orang tuaku. Tujuan utama kami jelas, kampus D Depok, yg diakuinya jarang didatangi olehnya. Kami memang berkuliah di Gunadarma Bekasi, jadi sbnrnya tdk scr langsung bersangkut paut dengan kampus utama di Depok. Meski seringkali krn pembagian jadwal mengajar dosen, kami sesekali diharuskan kesana untuk urusan2 tertentu. Aku sendiri baru pertama kali ini ke kampus tsbt.
Sepanjang perjalanan menuju ke Depok hatiku sangat riang. Entah kenapa rasanya seperti pergi berwisata, mungkin krn ini hal baru bagiku, dan aku harus melewati tempat2 yg jarang kusinggahi. Aku memang selalu suka hal baru. Atau kerianganku itu krn ada dia? Entahlah, melihat pohon saja rasanya sudah seperti berada di Taman Safari senangnya. Dan lagi cuaca sangat mendukung perjalanan kami ketika itu. Langit mendung sejuk ketika kami melintasi kawasan kopasus Cijantung yg rimbun pepohonan walau gerimis kecil sempat turun dengan singkat, perasaanku damai sekaligus sangat bersemangat seperti sedang piknik. Aku sangat menikmati perjalanan ke Depok itu, rute yg kami lewati pun menyenangkan, cukup memanjakan mata krn keteduhannya.
Sampai di kampus, kami mencari gedung yg ditujunya secara instingtif, tanpa bertanya sama sekali. Cowokku memang c ukup mandiri. Setelah menemukan gedungnya, kami harus ke lantai 3 dgn tangga. Mau tidak mau kegiatan ini menjadi olahraga berat bagi kami di siang itu.
Di lantai tiga yg sepi kami sempat mengumbar kemesraan. Pemandangan dr jendelanya ternyata sangat indah. Terlihat dengan jelas siluet pegunungan Bogor nun jauh disana, lengkap dengan kabut yg menutupi puncaknya. Sekali lagi, aku merasa seperti sedang berwisata.
Puas mengingat tempat tersebut, kami kembali turun. Melihat mesjid kampus yg megah, mengingatkanku akan Adzan Dzuhur yg td sudah memanggil sejak kami di jalan. Maka kucetuskan untuk singgah sejenak di sana, sekedar shalat dan membersihkan diri. Rasanya benar2 menyejukkan setelah shalat. Aku memang org yg mudah kehilangan konsentrasi jika lelah, dan pengobatku bukanlah Mizone atau minuman penambah ion lainnya. Tapi ritual shalat itulah yg menjadi semacam charging energy bagiku. Setelah aku shalat, biasanya secara otomatis daya konsentrasiku meningkat kembali, dan pandanganku yg memburam krn lelah biasanya kembali cerah. Apalagi biasanya aku sekalian mencuci mukaku yg gampang sekali berminyak dan membenarkan make up, rasanya segar dibasuh sejuknya air di udara siang itu.
Kelar shalat, tiba waktunya untuk kami makan siang. Aku sebenarnya membawa bekal, seperti yg diperintahkan pangeranku. Namun ternyata pangeranku mengingkari janjinya untuk membawa bekalnya. Aku mentolerir hal itu mengingat tasnya sudah diberatkan dgn beban laptop. Kami hanya tinggal mencari tempat makan yg memungkinkanku membuka bekalku, dan pangeranku cukup membeli lauknya berhubung nasi yg kubawa cukup banyak untk dimakan berdua. Kami akhirnya menemukan tempat makan, sebuah rumah makan (semacam warteg) yg nyaman, disanalah pangeranku memesan soto untuk lauk makan siangnya. Kami makan sembari sesekali berbincang sebagai selingan.
Usai makan siang, kami sudah merencanakan untuk ke Margo City, tempat yg memiliki kenangan untuk pangeranku. Bukan kenangan denganku, melainkan kenangan dgn seseorang sblm mengenalku, ttg seorang gadis yg pernah dicintainya. Kenangan yg sebenarnya cukup lucu, dan kini kuanggap hanya kenangan, tidak lebih, berhubung aku sudah kenal dekat gadis itu. Gadis yg skrg justru jd teman dekat kami. Gadis yg skrg justru bersanding dengan sahabat pangeranku. Gadis yg cukup baik, dan kutahu cerita itu hanya akan menjadi kenakan dan tidak akan berlanjut, karena itu aku tenang2 saja menyikapinya. Kenangan itu hanya akan menjadi masa lalu, dan akulah masa depannya kini.
Margo city ternyata lebih mewah dr dugaanku. Baguslah, aku suka mall yg elegan seperti ini, bebas dr pengaruh anak2 ababil nan alay yg merusak pandangan. Dari awal aku tergoda untuk melihat2 barang2 fashionable yg dijual disana, tapi sepertinya pangeranku sangat bersemangat untuk ke lokasi penembakan, ehem, maksudnya lokasi terjadinya kenangan tersebut. Tapi akhirnya tujuan membelok ketika kami melihat took buku yg menghampar luas disana. Kami memang selalu tertarik dgn toko buku, ada banyak topik disana. Dan aku pun kutu buku, sehingga toko buku merupakan tempat yg menyenangkan bagiku. Disana kami menghabiskan banyak waktu untuk membaca2 buku sampel, nyatanya aku hanya membeli satu buku, Chicken Soup For The Couple’s Soul menarik hatiku.
Akhirnya aku menyuarakan keinginanku untuk berkeliling Centro, dan tentu saja pangeranku menurutinya. Aku selalu suka mode, melihat2 barang2 fashionable memang sangat menyenangkan, walau terasa menyakitkan jika tak bisa membelinya (hehehehe). Aku memang bukan fashionista sejati, aku cuma seseorang yg ingin terlihat fashionable dgn caraku sendiri. Kadang uangku sering terlalu cepat habis jika berkaitan dengan barang2 fashion yg menunjang penampilan sprti pakaian2 yg sedang kulihat2 ini.
Lelah, itulah yg sekarang kami rasakan. Dan itu juga yg membawa kami ke foodcourt ini, sebuah tempat makan di lantai paling atas Margo city. Krn keterbatasan budget, kami hanya bisa membeli cemilan untuk teman mengobrol kami. Sementara aku membeli cemilan, pangeranku membuka laptopnya.
Ketika kuhampiri ia dengan kedua cemilan di tanganku, ia sempat kaget krn tak mengira aku membelikan untuknya juga. Akhirnya kami mengistirahatkan kaki kami sembari nyemil sekedarnya. Setelah bosan melihat2 laptopnya, aku berinisiatif membuka dan membaca buku yg baru kubeli. Kami malah terlihat sprti pasangan yg sedang marahan, hening dalam kesibukan masing2, ia dengan laptopnya dan aku dengan bukuku. Tapi pada dasarnya ini keheningan yg nyaman, menentramkan menurutku, tetap ada chermistry romantic yg terasa.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sore menjelang gelap dan kami harus pulang. Di perjalanan aku sudah terlalu lelah dengan penatku, sehingga perjalanan pulang tak terasa seasyik saat berangkat tadi. Tapi tetap kumanfaatkan sebaik mungkin untuk mencium aroma tubuhnya yg wanginya khas. Aku selalu suka aroma tubuhnya yg selalu wangi itu, membuatku nyaman setiap kali dekat dengannya.
Kuperhatikan setiap sisi kanan-kiri kawasan depok yg tidak familiar dimataku, dipinggir luasnya jalan raya penuh dengan ruko-ruko dan rumah makan yg menggoda selera. Sehingga memunculkan anganku, andai aku punya banyak uang dan tinggal disana, mungkin aku sudah mati kekenyangan krn makannya yg kelihatannya enak2. Khayalan yg aneh mungkin, tapi aku selalu tertarik pada rumah makan yg desainnya menggoda selera.
Hari sudah magrib ketika aku sampai di rumah, sementara pangeranku melanjutkan perjalanannya. Kelelahan yg teramat sangat menyerangku, menggoda tubuh ini untuk sejenak berbaring. Maka setelah menunaikan shalat magrib kusempatkan berbaring di ranjangku dan aku malah tertidur. Setelah bangun satu yg kukhawatirkan, keadaan pangeranku. Aku takut ia kembali sakit karena terlalu lelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar