Minggu, 10 Maret 2013

Pria (Setengah Wanita) Yang Terjebak di Masa Lalu

Hari ini begitu melelahkan, tidak ada cerita indah yang bisa kuceritakan, semua kelabu.
Hari ini semua sedang tidak berpihak padaku, setelah cobaan yang berat sepanjang hari ini pun, saat kuputuskan untuk segera tidur, mimpiku pun tidak berpihak padaku, selalu tentangnya.

Awalnya cuma masalah kegalauanku, aku sedang merasa dunia mengerjaiku, mengucilkanku, berharap ada yg masih memihakku dan menenangkanku. Hal buruk terjadi berturut-turut dalam hidupku, seolah aku lahir untuk dibenci. Entah mengapa orang-orang sekitarku mudah sekali kesal padaku. Entah kenapa aku selalu menjadi objek penderita orang2 yg lebih berkuasa, oh ya, dan juga objek penderita para penjilat2 yg selalu cari aman dengan senyum palsunya. Intinya hanya satu, semua selalu berpihak pada yang lebih berkuasa, entah dia salah ataupun benar. Kalaupun yang berkuasa salah, semua masih menganggap dia benar dengan menyalahkan pihak lain yg lebih kecil dan lebih bisa ditekan.

Dengan harapan yang besar ingin kubagi cerita ini pada Adr88, sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Dari kemarin-kemarin kutahan keinginan bertemu dengannya agar tidak mengganggu kesibukannya lagi. Hari ini akhirnya dia bersedia bertemu denganku, tujuan awalnya adalah menemaninya membeli HP.

Uang memang belum ditangannya, gajinya masih ditangan boss sekaligus sahabatnya, dijanjikan ditransfer secepatnya. Namun tunggu berganti tunggu, ia bilang belum ada kabar dari temannya, sementara siang telah beranjak sore. Aku yang tadinya berharap hari ini akan dapat menghibur diri dan meringankan bebanku kembali kecewa. Besok pagi sudah kuliah seperti biasa, mau kuapakan lagi moodku yang hancur ini.

Aku mungkin terlalu cerewet memaksanya segera berangkat dari rumah dan menjemputku, toh kupikir uang itu bisa diambil dari mesin mutakhir bernama ATM dimanapun berada. Tetapi melihat Adr88 kelihatan berat untuk berangkat, aku pesimis rencana jalan bersamanya akan jadi terlaksana. Kupikir kalaupun dia tak ada, toh aku bisa membuat rencana jalan sendiri. Mungkin dia juga sebenarnya tak berniat besar untuk bertemu denganku.

Kuutarakan rencana itu ke Adr88 yg mengaku akan berangkat, aku bilang aku akan keluar rumah dengan ataupun tanpa dia. Otakku benar-benar perlu didinginkan dan aku perlu hang out, dan mungkin dia salah menangkap itu sebagai aksi ngambekku. Dia minta aku menunggunya. Apa dia tidak lihat, seumur hidupku pekerjaanku hanyalah menunggunya, menunggu lulus wisuda, menunggu kesadaran diri untuk nggak merokok, menunggu dia datang, itu sudah biasa. Memang yg sejak tadi kulakukan apa?

Dia datang membawa motor bapaknya yang tampaknya tidak sehat. Aku baru menyadarinya di jalan, motor itu mengeluarkan getaran aneh dan suara "kretek-kretek" dari rantainya, setiap mengerem motor itu melonjak-lonjak seakan hendak mengusirku dari joknya. Jadilah selama perjalanan perasaanku tambah campur aduk, galau, takut, khawatir, kesal. Aku sarankan dia untuk mencari bengkel agar motornya segera diperbaiki demi keselamatan kami. Dia meresponnya dengan sinis, katanya sejak tadi ia sedang mencarinya, tapi aku tidak melihat usahanya untuk benar-benar "menuju" bengkel. Ada banyak bengkel di jalan yang kami lalui tadi, di sebelah BCP misalnya, tinggal belok kiri dan lurus sedikit, disitulah bengkel yg sering aku dan dia tuju jika rantai putus atau terjadi kerusakan lainnya (percayalah, itu pernah aku alami bersamanya. Makanya selalu "aku" yg khawatir dgn motornya, bukan dia.). Aku kesal, apa maunya anak ini, apa dia sebegitu ingin membunuhku? Ia terus memaksakan membawa motornya yg menkhawatirkan itu, perasaanku di belakang lebih ciut daripada menaiki jet coaster. Jika dibolehkan aku ingin sekalian memesan nisan di tukang nisan pinggir jalan yang kami lewati, untuk persiapan. Aku sudah bilang pada Adr88 bahwa aku butuh keluar untuk mencari hiburan, dan inikah hiburan yg dibawakannya? Great, aku hampir mati jantungan selama perjalanan. Motor penyakitan dan sikap sinisnya itu menambah buruk moodku.

Aku selama perjalanan bertanya-tanya, apa alasan yg membolehkannya bersikap sinis padaku? Aku pikir aku tidak terlalu menuntut saat menyuruhnya mencari bengkel, biasanya aku memang cerewet, tapi ini kan demi keamanan kami juga. Bahkan kubiarkan saja motor penyakitan itu melaju sampai lapangan di Bekasi Timur tanpa banyak komentar lagi. Kulihat sisa-sisa keramaian di lapangan sana, rupanya ada festival sebelumnya, tapi baru kami sadari festival itu telah usai.
Aku melirik Adr88 takjub, festival macam apa yang nilainya lebih penting dari nyawa 2 orang manusia di perjalanan yang membahayakan, ini gila. Dia membahayakan 2 nyawa diatas motor penyakitan itu dan lebih memilih membawa kami ke lapangan itu daripada ke bengkel2 yg bertebaran sepanjang jalan, logika macam apa itu?
Akhirnya dia menyerah pada kecerewetanku dan mengajak mencari oli (padahal aku menyuruhnya ke bengkel). Di sebelah lapangan itu ada yang menjual pelumas semprot, Adr 88 membelinya dan langsung menyemprotkannya ke rantai motornya, itu pun dengan lagak terpaksa. Meski sedikit menolong itu tidak menyelesaikan masalah, motornya tetap melonjak-lonjak setiap direm, meski bunyi "kretek-kretek" itu sudah tidak ada.

Dari awal memang aku tidak tahu tujuannya, ia yang mengajakku jalan, jadi aku bilang terserah dia mau kemana, toh aku tidak protes kemanapun dia membawa motornya berjalan. Tapi ia kembali menanggapinya sinis. Karena itu, untuk mencari aman agar tidak terus dibawa jalan dengan motor berbahaya ini, kuputuskan untuk mengajaknya ke Waroeng Steak yang lumayan dekat dari area sana, sekaligus membicarakan kekesalanku.

Sampai di restoran itu, setelah memesan makanan, dia menanyakan masalahku dengan nada tidak bersahabat. Aku tak dapat menahan tangis sejadi-jadinya. Orang yang paling kuharapkan mengerti situasiku dan menenangkanku malah bertingkah sebaliknya. Aku menangis, dan dia tidak sekalipun berusaha menenangkanku, hebat sekali. Aku hanya bisa berbicara via whatsapp di sela tangisku, sementara Adr 88 terlihat sibuk sendiri dengan kekesalannya, bahkan tangisanku tidak melembutkan hatinya.
Dia mempermasalahkan quote dari whatsappku, mengenai "dengan atau tanpa dia aku akan keluar rumah cari hiburan", itu yg dia bilang membuatnya khawatir, panik, dan kesal.  Dia bilang dia khawatir terjadi apa-apa padaku jika jalan-jalan sendiri. Dia menjelaskan dia bahkan hampir tertabrak truk demi menjemputku karena khawatir pada ucapanku itu. (Kalaupun dia tertabrak truk, kurasa bukan aku yg harus dipersalahkan. Dia memang tipe org yg tidak memperdulikan keselamatan, lihat saja wujud motor yang dibawanya.)
Mungkin akan lebih bagus jika ia menjelaskannya pelan-pelan padaku, tapi ia menceritakan semua itu dengan nada menyalahkanku dan tatapan penuh penghakiman, seolah hanya dia yang terluka disini.
Kemudian dia mendramatisasi dengan mengingat masa lalunya, luka-lukanya yang kelam selama bersama mantannya yang telah tiada. Ia bilang ia takut kehilangan lagi, tapi nada bicaranya menyakitkanku.

Ia sendiri yang bilang ia bukan seseorang yang suka membanding-bandingkan orang lain, karena ia sendiri bilang menyadari benar pahitnya dibanding-bandingkan dengan orang lain. Tapi belakangan ini aku menyadari ia mulai membanding-bandingkanku dengan mantannya, tidak secara langsung. Apa yang terjadi padaku dia tinjau dengan hal-hal yg terjadi dengan mantannya, jalan ceritanya ia cocok-cocokkan, padahal aku orang yang berbeda. Dan lagi, aku masih disini, aku tidak sakit apa-apa dan kurasa aku tidak akan meninggal secepat itu.

Ia bilang ia khawatir dengan keselamatanku (setelah ngotot membawaku berkeliling dengan motor berbahaya itu? Ini hebat bukan?!?). Padahal ia lihat sendiri, fisikku ada disana, di depan matanya, baik-baik saja (kecuali hatiku yang hancur karena semua permasalahan yang semakin berkembang ini), bahkan rencanaku jalan sendirian (yg membuatnya khawatir) pun tidak terlaksana. Jadi pikirku apa lagi yg perlu dipermasalahkan?

Tapi dimatanya aku memiliki dosa besarr, dosa terbesarku adalah membuatnya khawatir (dan membuka traumanya mungkin?!?), itu terus yang dipermasalahkannya. Setelah menyadari fisikku baik-baik saja disini, lantas dia merasa berhak menghancurkan hatiku, apa gunanya kekhawatiran itu?!?

Yak selamat pada Adr88, fisikku baik-baik saja, tapi hatiku telah sukses kamu hancurkan. Apa kamu puas sekarang?

Jadi seharian tadi semua tentangnya, tidak lagi tentangku, bukan lagi bicara tentang masalahku. Toh kalaupun aku menceritakan masalahku ia akan menilai masalah itu tidak lebih penting daripada kekhawatirannya sendiri.

Lalu sebagai penutup, ia mendramatisasinya dengan bilang "Ya udah kalau nggak mau dikhawatirin. Aku sih bisa nggak khawatir lagi sama kamu. Dulu aja nggak khawatir-khawatir banget, eh taunya udah dikafanin.", bagus sekali, mirip telenovella, tapi kali ini Adr88 berperan sebagai wanitanya.

Dasar pria berhati wanita. Selama ini aku masih mentolerir hal ini, karena kupikir itu akan membuatnya lbh sensitif dan lebih mengerti aku. Tapi semakin kesini kewanitaannya semakin parah, dia lebih sensian daripadaku, bahkan kami sering berebut hak prerogatif wanita untuk ngambek dan diayomi. Ini semakin parah.

Balik lagi ke masalahku. Ah aku bahkan sudah hampir melupakan kekalutanku sebelumnya, berganti dengan masalah konyol ini. Aku kecewa melihatnya begini, sangat kecewa.

Pria setengah wanita itu masih terjebak di masa lalu.
Kalau boleh kuberi kata mutiara.
"Kamu boleh terus melihat ke belakangmu, tapi bisa saja karena itu kamu kehilangan apa yang ada di depanmu."

Yang tertinggal di ingatanku sekarang adalah :
Laju motor yang dibawanya kasar, dengan mesin yang terbatuk-batuk pula.
Nada sinisnya saat bicara denganku.
Penghakimannya saat kami di restoran, menginterogasiku seolah aku kriminal.
Sindirannya yang mendramatisir keadaan dan seringkali tidak berkaitan dan tidak menjelaskan apapun.
Tingkah melankolisnya yang dibuat-buat.
Kekerasan sikapnya bahkan tidak melunak meski melihatku menangis, ia tetap menggertak galak seperti anjing penjaga. Dengan gaya galak begitu ia memintaku menceritakan permasalahanku, bagaimana bisa?!?
Semua pengulangan kata "khawatir" yang ditekankannya.

Aku tahu dia tidak benar-benar khawatir. Ada beberapa fakta yang mendukung argumenku itu :
1. Kalau ia khawatir dengan keselamatanku, pasti ia memperbaiki motornya terlebih dahulu. Setidaknya ia tidak akan membiarkanku menaiki motor yang berbahaya bagi keselamatan.
2. Kalau ia mengkhawatirkanku, dan kekhawatiran itu tidak terjadi. Harusnya ia bersyukur, menatapku dengan penuh rasa lega, bukan dengan tatapan kesal penuh kebencian seperti tadi.
3. Kalau ia mengkhawatirkanku, saat menemukan fisikku baik-baik saja, ia akan menjagaku dan menjelaskan dengan baik2. Bukannya malah berganti menghancurkan hatiku.
4. Kalau ia mengkhawatirkanku, dan benar-benar mengutamakan "keadaanku". Ia akan mengesampingkan masalah "perasaannya" dan lebih mengutamakan masalah "perasaanku". Bukannya malah menghancurkan perasaanku dengan dalil telah membuat perasaannya khawatir. (Aku merasa perasaan khawatirnya lebih penting baginya bahkan daripada keadaan diriku sendiri)











Kamis, 08 Desember 2011

Kumpulan Bintang Manis Untuk Satu Bintang di Hatiku

Tanpa perlu jadi peramal atau tukang sulap, saya dapat memprediksi satu kalimat yg pasti terucap setelah kalian membaca judul ini...""Duilee romantisnyaa..." atau semacam itulah...

Belakangan ini kami sedang getol2nya menyambangi sebuah mall baru di Bekasi yg masih sepi...Tenang, tentu bukan buat mojok2. Kami ketagihan ke mall ini karena kami menemukan harta berharga disini...
Kemarin kami kesana karena iseng, mall tersebut memang jarang kami jelajahi. Ternyata disana sedang ada semacam bazzar, sepertinya untuk menyambut christmas (baca : krismas), karena ada sebuah pohon cemara besar dilapisi lelehan cokelat di tengah mallnya. But i don't care about chistmas or so on...satu2nya yang menarik perhatian kami adalah promosi cokelatnya!!! Yup, disana proyek pembuatan pohon cemara berlapis cokelat tersebut disponsori oleh sebuah brand cooking chocolate (sebenarnya sih sekaligus memproduksi adonan2 cemilan instan lainnya...). Tapi cooking chocolate ini jg bisa dimakan langsung. Melihat ukuran cokelatnya yg besar. promonya yg menarik dan harganya yang ramah kantong (istilah baru...hahaha!)...kami pun tertarik membeli. Apalagi dengan adanya embel-embel hasutan "Rasanya lebih enak dari SilverQueen deh!" dari pegawainya (Dasar, strategi persaingan bisnis! Hahaha!). Pangeranku yg cute dan chocomaniac pun membeli dark cokelat dengan niat untuk dimakan langsung bulet2 (Hallah!). Tapi berhubung garis potekannya (apa itu?!? Kalian taulaah!) yang besarnya tidak manusiawi, pangeranku jd ngeri juga melahapnyua, hahaha. Akhirnya cokelat itu dipercayakan padaku untuk diolah.

Selain itu di mall yang sepi itu, kami tertarik melihat tulisan sale (baca sel) dimana2, dari Matahari dept store pula. Barang2 diskon itu dipajang di tengah2 mall dengan apik, membuat kami ngiler dan penasaran untuk sekedar mengobrak-abrik dagangan orang (jiaah ketauaan).

Setelah sok sibuk mengobrak abrik, pangeranku menemukan beberapa kaus yang disukainya, dan harganya dibanting jadi jauh lebih murah. Aku juga suka pilihannya, kusuruh ia mencoba di fitting room. Setelah memakainya mendadak penampilannya jadi mirip kayak personil boyband...(I heart you banget deh! Mmmuuuaacch!), tapi boyband versi korea/jepang ya, cute gitu! Aku tak kuasa untuk menolak tawarannya, hingga akhirnya simpanan uang yang harusnya dia pakai untuk ke camp rock (Sebenarnya camp meditasi...) hari Sabtu nanti kami pakai untuk membeli dua baju cute itu. Memang sudah lama terpikir olehku untuk membenahi penampilan pangeranku yg sering awut2an. Ia sangat senang setelahnya karena ia jarang merelakan uangnya untuk membeli baju branded (baca : brendid) mall yg selama ini dikiranya terlalu mahal. Tapi menurutku penting juga untuk meregenerasi bajunya yang itu2 aja.

Sepulangnya aku dari sana, aku segera melaksanakan amanat pangeranku untuk mengolah cokelat itu. Sebenarnya sih cuma perlu dimasak dan dibentuk, aku pun sudah hapal proses pembuatannya. Tapi yg kubingungkan adalah mencari peralatan2 masaknya, adakah yg bisa dipakai untuk memasak cokelat dan membentuknya.

Syukurlah, ada panci besar dan panci kecil yg bisa kudobel untuk melelehkan cokelat. Lalu kutemukan parutan untuk memarut cokelat agar mudah meleleh. Setelah itu ibuku bantu mencarikan cetakannya. Akhirnya ditemukan jg cetakan yg cukup kecil untuk cokelatku, cetakan agar2 berbentuk menyerupai bintang. Baiklah, kini aku siap untuk menyulap cokelat batang segede babon ini menjadi bintang2 cute yang manis. Algoritmanya adalah : (Nyanyikan dengan nada lagu layang2)
1. Kuparut cokelat sebatang...
2. Kutaruh panci kecil...
3. Panci kecil diatas panci besar yang isinya air panas...
4. Meleleh...meleleh...cokelat mulai meleleh...
5. Kuaduk dan kutuang kecetakan...kujadikan bintang2...
Sebenarnya belum selesai, karena setelah itu aku taruh di kulkas agar beku hingga besok. Tapi korupsi dikit boleh lah, hehehe....

Nah hari inilah cokelat bintang-bintang itu kuserahkan ke pangeranku, sambil berencana menjelajahi mall itu lagi. Ia sangat senang saat aku menemuinya di kampus dan menyerahkan cokelatnya, ia langsung melahapnya sekeping (Bentuknya mirip kepingan).
Setelah itu baru deh kami pergi lagi ke mall itu.
Nah karena aku ketagihan mainan masak2an cokelat (yg menurutku seruu), aku jd membeli lagi cooking chocolate di tempat kemarin. Tidak tanggung2, aku membeli 2 macam cokelat sekaligus, milk dan white chocolate kali ini. Rencananya sih mau kuolah sebagai bekal pangeranku di camp-rock (baca : camp meditasi) nanti.
Dan tahukah kalian? Kami kepincut lagi dengan beberapa baju diskonan matahari yang sialnya dipajang dengan apik menarik mata. Ujung2nya kami jadi belanja baju. But i love them! They're cute, kyk harta berharga yg tersembunyi.
Kalo bahasa iklannya, "Ngubrek2 baju di tempat diskon dan menemukan pilihan yg tepat tuh...seperti menyusuri rute peta harta karun, menembus badai ombak, dan menemukan pulau penuh harta karun!"

O iya, aku lupa...Kemarin juga pangeran menginformasikan...katanya blog ini statistik blognya meningkat pesat krn dikunjungi teman2nya di Camp Rock (baca : Camp Meditasi) ya? Aku langsung terlonjak girang (berharap tenar mendadak kyk Raditya Dika, ato at least kyk Arief Poconggg lah...Hehehehe...)
Thanks buat yg mengunjungi blog ini, baik buat yg merelakan waktu baca2 (walau bahasanya agak sulit dimengerti) ataupun cuma penasaran buka2 aja. Hahaha...
Seperti kata SBY versi kaskuser, LANJUTGAN!

Kamis, 10 November 2011

Demi kamu

Aku mulai depresi menghadapi tingkah kekanakannya.
2 tahun telat lulus bukan hal yang wajar, cukup bisa dikategorikan kemalasan akut. Itu adalah kristalisasi dr kemalasannya sebelum2nya, banyak mata kuliah dengan nilai rendah, akibatnya begitu banyak UM yg harus dijalani sbg kesempatan kedua.
Bukan salahku kan kalau dulu dia gagal? Dia yg "menerima konsekuensi perbuatannya itu", dan kini aku harus ikut pusing.

Aku cuma ingin dia latihan bertanggung jawab pada kewajibannya. Kalau ia belum bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri, bagaimana dia bisa bertanggung jawab padaku nanti? Dan tanggung jawab itu juga kunci yg bisa meloloskannya dalam seleksi orang tuaku (bukan sekedar masalah gengsi), dan ia tidak sadar akan hal itu.

Tanggung jawab memperjuangkan kuliahnya, cuma itu yg kuminta untuk menunjukkan keseriusannya padaku, bukan menyebrangi samudra atau mendaki gunung Himalaya (hallah...). Tapi itupun masih belum disadarinya sepenuh hati, padahal itu juga bukan demi keuntunganku, tp demi masa depannya sendiri. Dikiranya aku, orangtuanya, dan semua pihak yg menuntutnya untk cepat lulus cuma pihak penekan yg terus menginjaknya, yg seenaknya merendahkannya, dan tidak dpt mengerti perasaannya.
Padahal kami pun menuntut krn kami peduli, krn kami khawatir akan masa depannya (kalo kami tdk peduli, untk apa kami ikut pusing soal kesulitannya? Terutama untukku, kenapa tdk kutinggalkan dia dan kucari saja cowok lain yg jauh lebih bertanggung jawab dan berhasil?), bukan krn kami  "butuh", ia yg butuh semua itu. Lagipula bukan cuma ia yg merasakan, kami juga 'terpaksa' harus merasakan apa yg ia rasakan, rasa khawatir atas masa depan, kepanikan, itu pula yg memaksa kami untuk mencambuknya lebih keras agar ia bisa lebih maju.


Ia tidak tahu, dibalik kasarnya ucapan dan seramnya seringai taringku di depannya...di belakangnya aku sering berdoa, menangis...berharap dengan sangat meminta kepada yg maha pemberi keajaiban, semoga orang yang kucintai bs segera lulus dgn baik, dan "dihilangkan semua penyakit kekanakannya itu". Semua demi kebaikan dia(bukan atas dasar gengsiku yg terlalu muluk seperti yg ia tuduhkan).

Ia kira kami marah karena meremehkannya...
Ia kira kami marah karena tdk memahami perasaannya...
Ia kira cuma ia sendiri yg merasakan perihnya, dan kami tertawa diatas penderitaannya...
Padahal bagaimana bisa kita bahagia jika org yg kita cintai didera kesulitan? Itu yg ia tidak mengerti.
Biarkan aku yg mewakili perasaan orang tuanya disini. Krn kami semua sama, sama2 menanti org yg kami sayangi selesai berlarut2 dlm kesulitannya, dan yg paling menyedihkan kami tdk bs membantu apa2 selain dorongan. Bahkan kadang dorongan pun tdk begitu berefek pada kemajuannya hingga kami harus sedikit menjatuhkan (aka ngejorokin). Sakit, pasti, tapi kami harap dengan sakit itu ia bisa bangkit dari kelumpuhannya selama ini, kelumpuhan semangat dan usahanya.

Aku sadar selama ini aku egois, terlalu mementingkan imageku dan lantas memanjakannya. Karena aku tidak mau dianggap jd "pacar yg galak", aku segan memarahinya. Karena aku tidak mau dianggap jd "pacar yg cerewet" aku malas menasihatinya. Karena aku "malas bertengkar", aku menghindari konfrontasi dengannya. Aku selalu cari aman dan membiarkannya melakukan semua seperti apa yg dia inginkan, hingga akhirnya keadaan itu hanya membuatnya terlena, dan memperburuk situasinya yg terlanjur termanja. Setahun pacaran tidak ada perubahan yg signifikan atas kegagalan kuliahnya, kurang terlihat itikad baiknya untuk berusaha. Sesekali kunasihati, tp hanya dianggapnya angin lalu, atau malah dibalikkan padaku seolah aku tidak pantas menasihatinya. Dan setahun itu pula, kuanggap sebagai kegagalanku yg paling menyakitkan. Keberadaanku tidak cukup berarti untuk menariknya dr jurang kehancuran, itu terasa menyakitkan. Aku hanya bisa menuruti perkataannya dan melihatnya semakin larut berkubang pada kemalasannya, dan fatal akibatnya.

Apa sih arti nasihat seorang cewek yg jauh lebih muda dan lbh manja darinya trhdp cowoknya yg lebih tua dan berpengalaman? Yah, itulah rapuhnya pendapat cewek, kami dianggap berharga hanya jika kami menghasilkan kebahagiaan. Pendapat seorang cewek tidak terlalu dibutuhkan, krn sekalinya kami mengeluarkan pendapat dan , mereka akan menuduh kami cerewet.

Kini aku terjaga dari kepengecutanku. Aku sudah tidak mau peduli lagi akan anggapan dia padaku, demi dia. Kalau memang aku harus jadi pacar yang galak, cerewet, kejam, ataupun bahkan harus dibenci aku rela...asal itu bisa membangun pribadinya dan mendorongnya untuk berlari maju (bukan ngesot seperti yg selama ini ia lakukan.). Aku rela menyakiti perasaannya jika itu bisa membuatnya membara dan berlari lebih kencang, walau rasanya seperti menyakiti diriku sendiri (Ia pikir aku dengan senang hati menyakitinya...cewek gila mana yg bisa senang jika org yg ia cintai terluka? Tahukah ia aku terpaksa meremas hatiku dan menjadi raja tega tp memendam air mataku dibelakangnya?!?!). Tapi bahkan aku rela tersakiti, imej maupun perasaanku, hanya demi melihatnya sukses dan bahagia di masa depannya.
Ini memang fenomena paradoks yg unik. Ternyata banyak fenomena paradoks yg kita alami di dunia ini.

Justru aku JAHAT jika aku terus membaikinya, bermanis2 padanya, memanjakannya dalam situasi yg nyaman ini, seolah semua akan baik2 saja. Aku harus membuatnya terus PANIK, terus membuatnya FRUSTASI, untuk mengingatkan bahwa ini bukan hal yg main2, situasinya sudah mendesak, dan tidak ada waktu lagi untuk menunda2, itu kenyataannya. Aku harus terus membangkitkan alarm paniknya, walau itu akan membuatnya terus tidak nyaman, tp itu akan membuat ia terus bergerak dan bergerak untuk maju.

Mungkin ini akan sering menimbulkan konflik di hari2 kami, tapi itulah konsekuensi yg telah aku ambil. Bahkan aku telah mengambil konsekuensi berat untuk bersaing dengannya soal kesuksesan kuliah, aku sendiri  tau ini sangat beresiko untukku. Bersaing dengan org yg aku cintai sebagai lawan bukan hal yg menyenangkan tapi biarlah, asal itu bisa membuatnya semangat untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.

Percayalah, saat ia berkumpul reuni dengan teman2 seangkatannya yg sudah mulai menata masa depan cerah mereka...aku tahu ia tertekan dan minder, walau ia terus menutupinya dengan ocehan ngelesnya itu. Dan asal kamu tahu, disitu aku berjanji akan melakukan cara apapun untuk membuat kamu menyusul teman2 kamu itu.

Maka kalaupun suatu hari nanti ia bilang membenciku, kecewa padaku, atau ingin meninggalkanku, aku terpaksa harus siap. Dan cukuplah berita wisudanya jd hiburan untukku, krn cuma itu prioritasku sekarang.

Pendidikan tinggi dan gelar...mungkin itu hal yg klise baginya, tapi untukku itu modal hidup dan modal kesuksesan. Bukan karena aku terpaku pd nilai2 di ijasah, pendidikan menurutku lebih dari itu. Karena pendidikan adalah orientasi hidupku. Tahukah kenapa? Karena ilmu selalu bisa menjaga (bahkan menghasilkan) harta, tapi harta tidak bs menjaga ilmu, bahkan kita yg harus menjaga harta.

Anggaplah kalian berkelit, org pintar bukan harus dr golongan akademisi perguruan tinggi dan mendapat ijazah. Bisa saja org pintar tanpa harus kuliah dan bergelar, silakan saja berpendapat begitu. Tapi bandingkanlah cara bertutur mereka, ada yg beda. Krn memang ilmu menyebar dalam kehidupan sehari2, tapi khusus untuk mahasiswa, kampus itu sendiri itu adalah gudang ilmu mereka. Jika dibandingkan, org2 cerdas yg otodidak hanya bisa mengumpulkan remah2 ilmu yg memencar di seantero penjuru kehidupan, sedangkan para mahasiswa datang langsung ke gudang tempat dimana ilmu berkumpul, bahkan ilmu yg menghampiri mereka dgn perantara dosen. Mereka juga belajar bertutur selayaknya kaum berintelektualitas, belajar memenuhi aturan dan standar yg jelas, belajar berkompetisi dan berkreasi ditengah keterbatasan waktu. Itu cukup untk menjelaskan keunggulan akademisi yg pernah merasakan indahnya bangku kuliah dibanding org yg belajar otodidak.
Dan kutekankan sekali lagi, aku org yg berorientasi pada pendidikan, kesuksesan di mataku bukan hanya perkara harta, jabatan, dan nama besar, tapi kesuksesan yg paling utama untukku adalah sehebat apa kecerdasannya, krn ilmu adalah bekal untk kesuksesan dunia akhirat. Jadi...jangan kira aku mau dgn org yg tdk memiliki bekal sukses (yaitu ilmu).

Aku bukan cewek yg muluk kok, aku nggak cari cowok yg sukses, tp aku cari cowok yg punya modal sukses, yaitu ilmu, keuletan dan kegigihan. Apa aku matre, high standard? Nggak, itu namanya realistis.

Jadi, apa tuntutanku ini berlebihan?

Tolong jangan sia2kan doaku, krn sesering apapun aku berdoa dan sebanyak apapun air mata yg aku teteskan untukmu, cuma KAMU yg bisa mengakhiri penantian ini, akan berhasil dengan baik atau buruk, cuma KAMU yg menentukan.

Kamis, 15 September 2011

Mekarsari, Memekarkan Kenangan Kami

Bermula dari sebuah ide dari seorang sahabat. "Jalan rame2 yuk!"
Walau mendadak, mulailah plan disusun. Diawali dengan plan A, lalu merancang cadangan plan B.
Benar saja, pada akhirnya plan A yg didiskusikan tidak dapat terpakai. Jadilah kami mengusung plan B sbagai kputusan terakhir, kita jalan ke Mekarsari. Tempat yg bisa dibilang tdk familiar untukku dan Afry, pangeran imutku. Ada 6 org yg masuk dlm list peserta jalan2, 3 cewek & 3 cowok. Menurutku rencana ke Mekarsari tdk buruk juga, sepertinya kami (dan hubungan percintaanku) perlu refreshing.

Ide mulai berantakan setelah salah satu peserta molor 1 jam, menjadi pukul 10 lewat. Berangkatlah kami siang terik itu dengan konvoi motor saling memboncengi. Kondisi jalan yg padat dan terik sudah menguras tenaga kami. Apalagi debu2 dari truk2 besar yg lewat mulai membuat kami kucel di jalan, aroma kami mulai tidak mengenakkan. Kami bersyukur ketika akhirnya sampai di lokasi tujuan, meski tampilanku sudah amat berantakan. Mampirlah kami pada toilet di depan yg langsung menyambut mesra. Kami pun menyegarkan kembali diri kami, membasuh debu2 kami atau sekedar membenahi dandanan.

Seusainya kami membenahi diri. Kami bersiap memasuki gerbang.
Bingung, itulah yg menyiksa kami saat itu, kami tidak tahu arah tujuan. Kami layaknya turis yg terdampar ke negara asing. Tidak ada yg familiar dengan tempat itu, lagipula disini sepi. Akhirnya kami hampiri tempat informasi.
Ternyata dari pintu gerbang, cukup jauh jaraknya untuk mencapai wahana2 rekreasinya. Pada awalnya kami ingin menaiki mobil khusus disana. Namun berhubung tiap org harus membeli tiket, kami lebih memilih berjalan kaki, toh kami masih remaja2 kuat yg penuh semangat. Pikir kami, pasti tak terasa perjalanannya.
Ternyata...SALAH...
Berbekal peta yg didapat di stand informasi tadi, kami (dengan sok tau) memutuskan ke menara pandang untuk mengetahui seberapa jauh perjalanan kita dan apa yang akan kita tuju.
Menara pandang terlihat begitu lengang (dan tak terurus), terdiri dari sekitar 6 lantai dan tebak apa yg menyambut kami. Liftnya tidak menyala.
Intinya kami harus bersusah payah menaiki lantai demi lantai menara tsbt. Untungnya kami sudah cukup melihat jelas dari lantai ketiga, wahana2 asyik ternyata memang cukup jauh. Lelah sudah menjalari kami semua, apalagi karena ritual naik tangga tadi. Dan karena hari telah siang, kami memutuskan untuk makan siang dahulu, mengisi tenaga untuk perjalanan kami selanjutnya. Perjalanan belum berakhir...
Kami memang sedari tadi sudah menemukan restoran KFC kecil yg cukup nyaman untuk setidaknya berteduh dari teriknya mentari siang ini. Apalagi dahagaku merindukan minuman dingin penyemangat dengan es batu dan embun yang menetes-netes diluar gelas. Setelah menimbang dan memutuskan, kami semua memesan paket yang sama dengan 1 potong ayam, 1 nasi, dan 1 gelas pepsi.
Singkat cerita makanan habis, kami kenyang, dan semangat kami menyala kembali. Kami siap berpetualang, hahahaha!

Berjalanlah kami dari titik start itu menuju titik patokan paling aman, air terjun tinggi yg terlihat dr menara tadi. Kami cukup menikmati perjalanan karena disuguhi pemandangan menghijau yg menentramkan mata. Apalagi pohon2 rimbun lumayan menyejukkan perjalanan kami. Selagi asyik berjalan, kami menemukan 1 wahana aneh berbentuk seperti bajaj, atau sepeda, atau malah gabungan dari keduanya. Kami menghampiri kendaraan yg disebut Tuk-tuk itu. Ternyata di sebelahnya ada pula penyewaan sepeda, mulai dari sepeda biasa sampai sepeda tandem pun ada, dan pangeranku mulai tergoda mencicipi sepeda tandem yang unik itu.
Dan kami pun, 6 orang ini, asyik mengayuh sepeda bersama2. 2 sepeda tandem untuk 2 pasangan, dan 2 sepeda BMX biasa. Aku sudah lama sekali tdk bersepeda, membuatku agak takut untuk kembali mengendarainya. Apalagi ini sepeda tandem, yg sama sekali belum pernah kucoba, dengan 2 sadel dan 2 stang depan-belakang. Pangeranku meyakinkanku, dan perjalanan dimulai lagi.

Ternyata sangat asyik bersepeda bersama-sama. Apalagi pemandangan yg disajikan tertata dengan sangat indah. Kami melewati rerimbunan pohon, semak, bunga-bungaan, dan danau yang terlihat menyejukkan. Jalur bersepeda ini tampaknya memang didesain khusus untuk pengendaranya, disajikan dengan apik khusus untuk yg ingin santai bersepeda. Kami menemukan tempat berteduh yang asri, gazebo sederhana yg dikelilingi pepohonan di pinggir danau, dengan angin berhembus segar. Maka kami tak sia2kan tempat itu, kami melepas lelah dulu disana. Sambil nyemil2, berfoto2, makan2an yg dibawa, minum2an yg tersedia. Aku sendiri merasa tempat itu surga...sayang itu hanya perhentian sementara, padahal aku betah seharian di tempat itu. Tempat yg sepertinya cocok untuk menenangkan diri sambil menatap air danau yg beriak-riak, tepat di pinggir danaunya yang menjorok kebawah. Duduk melamun disana sambil melempar batu ke air sepertinya mengasyikkan, apalagi ditemani kekasih hati (melambung mengkhayal...hahahaha). Jangan deh, nanti jadinya film FTV lagi.

Kami masih harus melanjutkan perjalanan, mereka masih mau berkeliling lagi. Dari tadi aku lihat pangeranku begitu bersemangat mengayuh sepeda kami, tidak peduli teriakanku yg ngeri. Dia begitu percaya diri pada kemampuannya. Padahal aku bukan cuma ngeri jatuh, aku juga ngeri putaran rantai sepedanya yg tepat dibawah kakiku, aku takut kakiku tersangkut krn tidak bisa mengikuti ritme kayuhannya.
Benar saja, hal yg ditakutkan terjadi, di perjalanan pulang kakiku tersangkut pedal kayuhan, dan ada suara patah di belakang. Sepeda kami berhenti. Ternyata ada yg patah krn kekuatan kakiku yg tersangkut. Padahal kami sudah berjalan jauh, kami bingung dengan apa kami mengembalikan sepeda ini ke tempat peminjamannya. Jalan satu2nya adalah, dituntun.
Aku bersama pangeranku menuntun sepeda tandem yg panjang itu, kadang bergantian dengan Rivan, temanku. Sementara Nanda masih asyik bersepeda disana, menikmati kemerdekaannya. Selama acara wisatai ini Nandalah yg paling riang. Ia mendadak seperti anak kecil, apalagi ketika bersepeda, ia sih mengaku sudah lama tdk bersepeda santai seperti ini, apalagi ia menyukai pemandangannya. Aku ikut senang melihatnya senang, sudah rahasia umum kalau anak ini terlalu lama terkurung di rumah. Baguslah, setidaknya dia perlu sedikit cahaya matahari agar sehat. (Hahahaha!)
Perjalananku makin melelahkan dengan acara menuntun sepeda itu. Aku merasa bersalah kepada pangeranku yg terpaksa kerepotan. Aku merasa bersalah karena mengacaukan moodnya. Walau berkali2 ia bilang "Santai aja sih!", tapi aku tahu dari wajahnya ia sangat menyesali hal itu. Padahal tadi ia sangat riang bersepeda, padahal ia tadi begitu bersemangat mengajakku bersepeda. Aku kehilangan wajah cerianya, dan aku pun menyesali hal itu.
Tapi aku coba menikmati perjalanan ini, dan membuat dia menikmatinya juga. Maka sesekali kami berhenti untk berfoto2 riang. Dan aku selalu tenang ketika bisa melihat senyumnya, akhirnya dia bisa sedikit terhibur.
Dalam hati aku masih khawatir padanya, dan masih memendam perasaan bersalah.
Untung semakin sore langit semakin bersahabat dengan kami, cahaya mentari semakin jinak. Dengan mimik kelelahan setelah melewati rute petualangan yg panjang, akhirnya kami tiba juga di tempat penyewaan sepeda. Wajah pangeranku berubah tegang, takut ditimpakan uang ganti rugi dan semacamnya. Aku coba menenangkan dia dengan berjanji menanggung semua biaya yg akan keluar.
Setelah kami menceritakan kondisinya, untungnya si pemilik sepeda mengerti. Katanya memang sering kejadian seperti ini. Untung saja kerusakan yg dialami tdk parah. Kami pun dengan lega mengakhiri petualangan ini. Sekarang saatnya...mencari tempat terbaik untuk foto-foto.

Untung kuajak Rivan di perjalanan kali ini. Kali ini ia memainkan peran penting dalam mendampingi cowokku yg merupakan senior kesayangannya, guru spiritualisnya, dan master percintaannya (Hahahaha). Ia cukup meringankan beban pangeranku saat kami dilanda kesulitan tadi, ia pun lumayan menghibur cowokku dengan ceritanya, lumayanlah untk mengalihkan perhatian agar lelah tidak lagi terasa saat berjalan. Ia selalu setia di samping Afry seperti Robin yg setia disisi Batman walau kuakui, kadang aku cemburu. (Hahahaha)

Kami berfoto2 riang seperti orang gila, memanfaatkan kesempatan sepi ini di lahan seluas ini. Tempat ini seolah hanya milik kami berenam. Aku bahkan memiliki satu sesi foto romantis bersama pangeranku. Dan aku tau, pangeranku selalu suka hal itu. Dia org yg suka mendramatisir foto, sedangkan aku suka mendramatisir suasana, paduan yg perfect bukan?

Pulang, itulah yg kami inginkan sekarang berhubung badan lelah bercampur kotor karena sempat main air di taman tadi. Kami pun menuju tempat parkir. Sempat terbersit untuk mampir makan sebentar, tapi memang sebaiknya diluar lahan wisata itu untuk meminimalisir pengeluaran.


Kami konvoi untuk pulang. Sialnya aku dan pangeranku terpisah dengan teman2 lain di jalan. Mereka mencariku dan pangeranku. Untung pangeranku tahu jalan pulang. akhirnya kami sepakat untuk bertemu di satu lokasi yg amat familiar, kampus kami tercinta.

Disitu aku kembali panik, aku tahu pangeranku mulai mumet dengan segala kendala ini. Dia terlihat sensi, ia pasti sedang pusing memikirkannya. Aku mencoba menenangkannya dan menghiburnya agar ia bisa menikmati perjalanan.
Alhamdulillah, pangeranku mulai bisa bercanda tengil lagi. Aku tak terkira bahagianya saat mengetahui hal itu. Aku tidak mau melihat pangeranku kesusahan, aku ingin dia selalu tersenyum dan selalu senang. Aku rela membayar dengan apapun asalkan bisa melihat senyumnya terus terkembang. Karena aku paling suka senyum manisnya.

Sampailah kami berdua di tempat yg dijanjikan, kampus yg tercinta. Kami sempat mengobrol sebentar dengan teman kampus kami, hingga 4 teman kami akhirnya muncul. Kami memutuskan untuk makan nasi uduk di dekat kampus.

Karena aku tahu, pangeranku sangat kelelahan setelah -semua masalah diluar kehendak kami tadi-, aku pesan dan tanggung makanan untuknya. Aku memang merasa bertanggung jawab dan sempat berjanji tadi, akan memberinya makan dan minum yg banyak sesukanya agar lelahnya terobati.

Aku senang melihatnya sumringah lagi, seolah melupakan masalah yg td telah mendera. Hingga kami berkumpul di rumah Rindhya, teman kami, sebelum pulang, pangeranku masih asyik dalam pembicaraannya. Aku mulai lega melihatnya kembali menikmati harinya.
Semoga ia menganggap hari ini mengasyikkan. Karena aku selalu ingin menciptakan momen berkesan untuknya.

Jumat, 08 Juli 2011

Foto2




Dufan...Here We Go!!!

Baru kemarin lusa kami berada di sebuah tempat hiburan yang penuh dengan wahana mengasyikkan, Dunia Fantasi Ancol. Kalian mau tau apa sj yng terjadi disana?

Hal ini sudah cukup lama kami, -aku dan pangeranku-, rencanakan. Biaya pun telah kami persiapkan sematang mungkin. Saat hari H itu akhirnya tiba, kami dengan bersemangat berjanji untuk bertemu. Aku akan menaiki motor pangeranku, karena itu ia yang harus menjemputku seperti biasa. Dan seperti biasa pula, aku sedikit telat dan terpaksa membuatnya menunggu di depan rumah.

Saat akhirnya aku menemuinya, aku didampingi ibuku (dengan barang bawaan seabreg-abreg), ia hanya trkejut, ia bahkan nggak membawa barang apapun, tasnya kopong. Sebenarnya ia jg membawa tas atas suruhanku. Tapi pada akhirnya tasnya berguna juga untuk menampung bawaanku yang lain, snack-snack dan minuman. Aku memang org yg prepare (ato ribet?!?), saking prepare-nya aku bahkan membawa minum berbotol2 karena bayanganku di tempat berlibur, minuman atau makanan pasti dijual mahal. Hebatnya lagi aku membawa 3 jenis snack, 2 potato chips buesar (1 kesukaanku dan 1 kesukaannya) dan 1 happytoss.

Oke, pendek cerita akhirnya kami sampai di tempat menyenangkan itu, tapi misi belum berakhir. Sambil menunggu konter tiket buka (karena msh tutup), kami pun saling menantang. Aku menantang pangeranku untuk mengikutiku menaiki semua wahana nekat. Mungkin ia belum tahu seberapa besar nyali dan kenekatanku jika bertemu dengan hal2 yg menantang adrenalin macam wahana2 itu. Dia sempat menyombongkan diri, "Nggak ada ceritanya Afry Destika Ramadhona ngeri naik wahana begitu!"
Oke, kupegang kata-katanya. Setidaknya aku lega, aku akan ada teman bermain wahana menantang yg bisa mengikuti kenekatanku. Krn seumur2 aku ke dufan, tidak semua teman mau (dan mampu) menuruti kemauanku menaiki wahana yg menguji adrenalin itu. Dan kini, aku harap soulmate-ku bisa.

Konter tiket buka, kami dan pengunjung lain menyerbu konter itu. Aku bersyukur memiliki voucher diskon karena saat libur sprti ini harga tiketnya melonjak tinggi. Setelah kami mendapatkan tiket, ujian kesabaran tidak berakhir sampai disitu. Sudah hampir pukul 10, tapi kami masih harus menunggu gerbang Dufan dibuka. entah kenapa Dufan punya kebiasaan menunda2 pembukaan gerbang justru pada saat liburan begini, saat pengunjung membludak. Padahal menurut pangeranku, jika hari biasa Dufan sudah buka sejak pukul 8, entahlah. Aku menunggu sambil meringis dalam hati, penyesalanku adalah bawaan ranselku yg berat, mungkin akan lbh menyenangkan jika bawaanku tdk seberat ini. Aku lebih mirip turis yg mau backpacker.

Untung kami berada di barisan depan, maka saat gerbang dibuka kami berhasil melaju lebih dulu. Kami langsung mengincar wahana menantang (karena aku paling anti menaiki wahana yg cere2, itu cuma menghabiskan waktu). Yang pertama kami lihat dan akhirnya naiki adalah...Kora-kora. Kusarankan di paling belakang, karena paling berasa ayunannya. Aku sebenarnya bisa saja bermain kora-kora sambil berdiri, ah tapi banyak pengunjung yg duduk rapi, jd aku tdk mau melanggar aturan sendiri. Rasanya menyenangkan diayun-ayun begitu, apalagi saat meluncur ke bawah, rasanya seperti dijatuhkan, seruuu!! Kami sempat melihat hasil photoshot kami tapi kami nggak mau membelinya, karena kami tidak suka difoto dengan ekspresi2 mulut menganga lebar seakan siap menerkam lalat yang bernasib malang, menurutku itu aib, hahahahaha...Aku heran...kenapa artis2 selalu terlihat anggun dan mempesona jika rambutnya melambai-lambai tertiup angin? Sedangkan aku...lebih terlihat seperti Medusa?!? 



Setelah puas menaiki kora-kora tanpa antrian panjang, kami pun melirik wahana yg sebenarnya kami incar dr awal...Hysteria. Aku kembali mengajak pangeranku berlari agar tidak terjebak antrian panjang, dan hasilnya... kami berhasil menjadi kloter pertama, kloter percobaan.



Aku duduk dengan santai di sebelah pangeranku, pengaman telah mengunci kami. Tanpa kusangka dan tanpa aba-aba wahana melesat langsung ke atas, lalu aku dijatuhkan, aku bahkan belum persiapan mental...Itu sangat mengagetkan kami pada awalnya. Aku baru tahu ternyata pesona wahan Hysteria adalah efek mengagetkannya, tanpa ada ancang2 sebelumnya. Untung selanjutnya aku bisa menikmati mainan itu, naik-turun, itu saja yg perlu kami kerjakan...Tapi aku kurang puas krn menurutku terlalu sebentar dan kurang tinggi naiknya...Seperti biasa, kami hanya melirik sekilas hasil photoshot kami, tanpa rasa tertarik untuk membeli.

Kami menjadi lelah karena ritual berlari2 tadi, karena itulah kami memutuskan untuk duduk dan beristirahat sebentar. Untunglah kami menemukan bangku yg cukup teduh. Kami menyantap cemilan yg telah kubawa, sambil memuaskan dahaga yg sejak tadi menggelitik. 






Setelah puas nyemil dan istirahat sejenak, kami kembali meneruskan berjalan, dan kami menemukan wahana Baku Toki, semacam bom2 car ala dufan. Kami hanya perlu mengantri sebentar sebelum kebagian memilih mobil. Aku sedang malas menyetir sendiri, lagipula aku blm punya sim :p . Karena itu aku cuma nebeng dan membiarkan pangeranku menyetir di sebelahku. Tapi disini aku cuma bisa kesakitan, karena seat beltku tdk bisa kupasang, sedangkan pangeranku telah menjalankan mobilnya. Aku pun terjedug-jedug (bahasa apa itu?!?) di sebelahnya, ditubruk sana sini dan kakiku cenat cenut tiap ada kamu...Hahaha... Intinya aku terpaksa menahan diri dan mencoba berkali2 memasang seat belt itu sambil mobil kami dikemudikan dan ditabrak2 mobil lain. Sayangnya setelah beberapa kali mencoba, baru seat beltku bisa terpasang setelah mendapat bantuan pangeranku. Aku merasa lbh aman.


Puas bertubruk tubrukan, kami segera berburu wahana lain, secepat mungkin sebelum antrian memanjang seperti ular naga panjangnya bukan kepalang. Lalu terpampang indah di depan kami wahana dengan rel meliuk-liuk dan memutar, indah sekali...yup Halilintar...itulah yg kami buru saat ini.



Maka sembari sesekali meraup happytoss, kami mengikuti antrian yg tdk teralu panjang. Tanpa perlu lama menunggu, kami diberi kesempatan juga untuk memilih tempat duduk. Aku kembali meminta di belakang, karena setahuku bagian belakanglah yg plng terasa goncangannya, paling terbanting-banting. Walaupun kami tidak berhasil mencapatkan bangku di paling belakang, tapi aku cukup puas mendapatkan bangku kedua dr belakang. Dan kami mulai melesat menembus angin (jiaaah)...berputar-putar, meliuk...Disitulah akhirnya aku berhasil mendengar pangeranku menjerit, hahaha. Sebelumnya aku tdk pernah mendengarnya berteriak, tapi aku beruntung wahana inilah ternyata yg berhasil mengeluarkan teriakannya. Sayangnya karena banyak peminatnya, wahana ini hanya sebentar dijalankan, satu putaran tidak cukup memuaskanku.

Pangeranku merasa penat karena sejak tadi selalu menaiki wahana yg membuat kami terombang-ambing membelah angin. Karena itulah ia ingin wahana yg seru dan sedikit santai. Dan aku menyarankan sebuah wahana yg tepat, Perang Bintang favoritku.



Aku sangat gembira ketika menjumpai wahana perang bintang masih sangat lengang, tanpa antrian, hanya ada sedikit rombongan bersama kami. Kami pun segera melesat ke tempat pertempuran. Dan pangeranku masih berani menantangku, ia mengajak beradu poin tembak2an. Maaf ya cinta, wahana ini tlh khatam kukuasai. Jadi bisa ditebak hasilnya. Karena trikku yg jitu (dn belum banyak diketahui orang), pangeranku pun terkalahkan. Poinku 13rb lebih, sedangkan pangeranku hanya 9rb lebih. Mau tahu triknya? Jangan berhenti menekan pelatuk tembakan. Hahahaa...(Karena sebenarnya aku bukan "menembak", tapi justru "menyenter".)

Setelahnya kami bersantai-santai dulu duduk di tangga pintu keluar yang memang sangat nyaman. Kami membuka bekal lagi, dan mengunyah lagi (Hahaha...)...



Tadinya kami ingin bersantap makanan berat di Mc Donalds, tp melihat penuhnya aku mengurungkan niat, lagipula berkat cemilan tadi aku jd nggak begitu lapar. Kami berburu wahana lagi, masih ingin bersantai, kami pun memutuskan wahana Theater Simulator yg menjadi pilihan. Kali ini berjudul "Journey To The Centre Of Earth".Yang kami lakukan adalah menonton dengan bangku2 kami yg berguncang2. Berhubung aku suka berimajinasi, aku tdk sulit membayangkan berada di posisi si tokoh yg aku tonton. Kami dibawa menjelajah ke tempat yg menegangkan, dengan guncangan-guncangan yg menantang. Pangeranku terlihat menikmati wahana ini, dan aku suka melihat ekspresi senangnya itu.




Berhubung wahana di sekitar sini telah penuh antrian, pangeranku mengajakku berjalan-jalan saja. Dan tebak...kami menemukan wahana arum jeram. Semangatku kembali terpacu, pangeranku pun terlihat semangat menyerbu wahana itu. Beruntung tidak begitu panjang antrian disini, perjuangan kami menaiki tangga dan berjalan tdk sia-sia. Kami satu perahu dengan tiga remaja cowok yg kelihatannya pecicilan, syukurlah, setidaknya kami bisa menyalurkan ekspresi tengilku dengan bebas. Aku sudah menyiapkan diri dengan memakai jaket dan menaruh ransel di depan, optimis bahwa aku tdk akan terlalu basah krn perlindungan itu. Dan perahuku mulai mengapung terombang-ambing di sungai buatan itu, seru dan menyenangkan. Sayangnya optimismeku terpatahkan, setelah beberapa kali berhasil menghindari cipratan-cipratan air, di detik2 terakhir aku justru terhempas ombak besar dari samping, pertahananku terbongkar dan kemejaku basah. Tapi kutahankan saja kebasahan, pikirku toh nanti akan kering dgn sendirinya.




Demi mengeringkan pakaian, kami memutuskan menaiki wahana yang santai. Kami pun menaiki rajawali. Dan tanpa antrian panjang, kami mulai diterbangkan berputar2 diangkasa, menyenangkan. Kami juga menaiki Ontang-Anting. Mirip seperti ayunan, tp lebih seru krn kami seperti diterbangkan berputar cukup tinggi.





Bosan bermain wahana dan mengantri, aku menuruti keinginan pangeranku untuk ke Area Amerika. Disana ia mengaku betah karena menyukai desainnya. Aku juga suka sih, keren, kesannya seperti berada di amerika pada zaman cowboy dan Sherif masih eksis. Rasanya ingin berfoto disana dengan rok panjang dan blouse balon berenda ala gadis amerika jadul, atau setidaknya baju kemeja, jeans, dengan topi cowboy seperti milik Andy Toys Story.





Pangeranku mengajak masuk Rumah Miring Rango-Rango), tempat dimana kita bisa menjadi celeng tiba2 (Hahaha...). Juga Lorong Sesat, tempat dimana kita bisa ngaca sepuasnya. Nggak deng, di lorong sesat banyak juga yg tersasar lebih lama dari kami, kami sih tinggal nimbrung. Lalu dengan arahan clue dr petugas akhirnya kami bs keluar. Pangeranku tidak puas karena petunjuk itu, ia merasa bisa mencari jalan sendiri, toh kami baru saja masuk ke dalam.


Lapar akhirnya menggangguku, dan aku tertarik dengan eksterior kafe2 di daerah ini. Aku memutuskan untuk makan di sebuah kafe yg apik disini. Kafe dengan gaya khas amerika jaman baheula. Untung kami mendapat duduk di pinggir dekat jalan, dimana pelana kuda terpasang tepat di pagar sebelah pangeranku., perfect view for me. Tapi di kafe bergaya amerika itu kita justru disuguhkan menu sangat sunda, kontras memang. Maka dengan senang hati kami berdua makan disana, memesan paket hemat dan menunggu sambil berbincang atau memperhatikan orang2 yg lewat. Uniknya disana kami dihampiri beberapa lebah yg ingin mencoba minuman soft drink kami. Awalnya satu, lalu dua, lalu yg lainnya pun berdatangan. Dan aku sangat terenyuh ketika pangeranku melarangku memukul lebah yg menurutku mengganggu itu. Dia membiarkan mereka karena menurut pangeranku binatang2 itu hanya ingin minum. Dan hebatnya dia memberikannya dengan ikhlas, menunggu mereka selesai minum tanpa mengganggunya!
"Kamu kok baik banget sih sama binatang? Kan ini cuma lebah?" Tanyaku heran.
Dan jawabannya, "Kamu seneng gak kalo dibaikin? Binatang jg begitu!" Aku cuma bisa melongo, betapa lembut hati cowok di depanku ini. Nggak kucing, nggak lebah, semua disayanginya sepenuh hati. Aku memang sudah lama tahu dia suka kucing, tapi...ternyata dia benar2 berhati lembut bahkan pada semua binatang.


Kami memandang Kicir-kicir dengan antusias. Ralat, mungkin aku yg antusias, dan dia ngeri. Disana ia sudah menyerah, ia enggan menaikinya karena perutnya baru saja makan, ia takut muntah seperti dulu. Aku sempat memaksanya, karena aku tertarik sekali dengan wahana yg sepi antrian itu. Tp krn akupun tidak tega memaksanya terus, aku memutuskan untuk mencobanya sendiri.


Aku melirik seorang pemuda di barisan depanku, pria chinese berkaus oblong tanpa lengan dengan kacamata hitam terpampang di wajahnya. Aku nggak pernah suka cowok memakai baju tanpa lengan, apalagi di tempat umum dan sempat membatin, "Duh semoga gak sebelahan sama cowok itu, gak bgt deh!"
Tapi kenyataan berkata lain, krn tidak ada bangku lain aku terpaksa duduk di sebelahnya. Tapi ternyata dia nggak sebelagu dan senyebelin yg kukira. Dia ramah kepadaku, bahkan membantuku membuka pengaman yg berat kuangkat. Sebenarnya aku merasa lebih tidak enak ke pangeranku yg memperhatikanku di sana. Untung dia bukan org yg cemburuan.






Aku turun dengan puas, dengan rasa bangga tak terkira. Aku berhasil mengalahkan nyali pangeranku, bisa melakukan apa yg dia nggak bisa. Dan yg lebih penting, aku bisa membuktikan diri bahwa aku gadis pemberani. Pangeranku menyambutku dengan tatapan kagum sekaligus khawatir. Ternyata selama memperhatikanku dia merasa cemas, ia takut aku terbanting karena laju wahana yang terlihat mengerikan itu (aku yang naik dia yg ngeri?!?), intinya dia takut kehilangan aku. Ia tersugesti film Final Destination, sehingga sudah berfikir yg tidak2 tentang keselamatanku. Dan aku sangat senang dikhawatirkan, berarti ia sangat menyayangiku. Soal pemuda itu? Ia tidak pernah mempermasalahkannya.
Dan pangeranku tambah tercekat ketia kubilang ingin menaiki wahana Kicir-kicir itu lagi, untuk kedua kalinya.


Puas menaiki Kicir-kicir dua kali (dan dua kali membuat pangeranku jantungan), aku kembali berjalan-jalan bersama pangeranku, mencari wahana yg kiranya sepi antrian. Sebenarnya aku penasaran dengan Tornado, tapi pangeranku masih mengkhawatirkan keselamatanku. Akhirnya ia mengajakku ke Bianglala, bersantai menikmati ketinggian. Aku sebenarnya suka bianglala, tapi tidak jika penghuninya dicampur dgn orang2 yg tidak kukenal.






Bianglala cukup diminati, kami sabar menanti antrian. Saat tiba giliran kami, kami berdua digabungkan dengan beberapa remaja yg terlihat modis dan sok gaya fashionable, terlihat sok eksis professional dgn menenteng2 kamera SLR yg mereka pakai cuma untuk foto2 narsis di atas sana. Aku agak segan disana, berhubung para remaja ini terlihat individualis dn kurang supel. Kami pun sibuk dengan obrolan masing2, ABG2 itu dengan teman2nya dan aku dengan pangeranku. Tapi aku suka saat pemandangan laut terlihat menghampar di depan mataku dari ketinggian. Wangi amis dan garam tercium dari laut sana, terbawa angin laut. Kami agak lama di bianglala berhubung petugas teknisi tampaknya mengabaikan kami. Padahal aku sudah bosan, aku ingin mencoba tornado yg terlihat menarik dr atas sini.


Turun dr bianglala aku lega, pangeranku menuruti keinginan ngototku untuk melihat wahana Tornado. Pangeranku tetap tak bergeming dr keputusannya, ia tak ingin menaiki wahana menyeramkan setelah makan. Maka aku kembali mengalah naik sendiri, aku terlampau penasaran dan tak mengidahkan kekhawatiran pangeranku thdp diriku.






Sayangnya aku naik di bagian belakang, bukan di bagian depan di hadapan pangeranku. Aku salah jalan krn hanya mengikuti  bapak2 cina di depanku dan gadis remaja yg dibawanya. Gadis itu terlihat supel dan seringkali curcol padaku soal ketakutannya, kengeriannya akan wahana itu. Tapi tetap saja ia menaikinya, satu orang setelahku. Dan aku mulai diombang-ambingkan. Sayangnya wahana ini tidak seseru yg dipromosikan di TV, wahana ini diputar diagonal hanya pada event2 tertentu saja, terutama jika disorot TV (huh dasar pelit!), jadi kami hanya diputar2 seperti mesin penyerut es campur.


Itulah wahana terakhir kami. Berhubung pangeranku mengajakku untuk menikmati pantai dan kaluargaku meminta oleh2 baju pantai, maka kami harus mengatur waktu untuk ke Pasar Seni, lalu ke pinggir pantai entah apa namanya.


Setelah lelah berbelanja di pasar seni, kami menikmati pemandangan malam pantai yg begitu romantis. Bukan dengan gaya mesra ala sinetron, tapi dengan potato chip masing-masmg dan tertawa-tawa berkonyol-konyolan. Pasangan yg aneh memang, hehehe...



































Rabu, 27 April 2011

Kenapa ya? Kok Aku Bahagia Banget?

Aku bahagia, kemarin, sekarang, aku bahagia. Aku merupakan orang yang PERTAMA KALI mengucapkan selamat ulang tahun padanya JAUUUH sebelum yg lain.

25-04-2011
Hari2ku sebenarnya disibukkan dengan UTS, tapi kusempatkan menemuinya disela2 waktu luangku. Aku begitu bersemangat, karena besok hari kelahirannya.
UTS masuk pukul 3 sore, sebelumnya, sejak pagi malah, aku telah boikot pangeranku untuk mencuri waktu berdua. Yang kami lakukan pertama kali adalah...Makan kebab.

Entah kenapa aku cetuskan untuk makan kebab, yang terpikir sih biar sekalian mengganjal perut di siang hari buat UTS nanti. Lagipula aku pilih tempat yg cukup dekat, biar nggak keteteran ketika kembali ke kampus. Tmpt kebab ini cukup cozy karena berbentuk ruko, jadi ada bangku dan meja untuk makan disana. Dan disanalah aku baru tahu ia ternyata begadang semalam, cm tidur sebentar. Aku pikir, "Wah bahaya nih, moodnya pasti kurang enak dan energinya pasti terkuras!". Sebenarnya ketakutanku paling utama ialah takut ia sakit lagi karenaku, aku tidak ingin membuatnya terlalu capek. Tapi ia bersikeras menenangkanku.

Setelah selesai makan aku langsung mengejar waktu ke kampus. Pangeranku menunggu sambil OL. Sialnya baru saja masuk kelas aku baru tahu sabun wajahku tumpah ke dalam tasku. Untung tasku waterproof, jadi tidak berpengaruh ke luar, tapi akibatnya barang2ku kepeper semua.

Sambil panik aku menghampiri cowokku. Aku sempat menemui teman2ku yg sedang berkumpul di dekat lift, sahabat2 lama yg sudah jarang kujumpai. Kangen juga sih rasanya pingin ngumpul, tapi tas yg nggak nyaman ini memaksaku untuk mengevakuasi dulu barang2ku, dan jalan satu2nya adalah dititipkan ke pangeranku. Aku pikir hari ini akan menjadi hari yg buruk, karena moodku keburu hancur krn masalah tas itu.

Aku sudah bersihkan berkali2 di toilet, tapi tetap saja sabun yg tumpah ke tasku terlalu banyak. Selalu masih licin dan berbusa jadinya. Untunglah aku punya pasangan yg pengertian, dia rela meminjamkan tasnya -yg telah berat terbebani laptop- untuk mengangkut semua barang2ku. Aku khawatir pada energinya, tapi tak kuasa untuk menolak tawaran itu. Entah kenapa setelah mengobrol beberapa menit kami memutuskan untuk beli sate usus kesukaannya -sesuai rekomendasi sahabatku-.

Aku sempat membuat dia berputar2 membawa motornya karena kebodohanku dalam menghapal arah. Tukang sate itu berada tepat di depan gerbang sebuah sekolah. Setelah perjuangan berat akhirnya kami temukan juga tukang sate yg aku maksud, saat itu sudah di penghujung sore. Sate yg dijual memang cuma sate kikil dan usus, sate jajanan anak2, tapi justru itulah yg kami sukai, mengingatkan akan nostalgia masa kecil. Apalagi pedagang sate ini beda, mangkal dengan gerobak dan menyediakan bangku untuk makan di tempat, walau penerangan seadanya.

Aku tahu sekali dia suka jajanan itu, aku harap dia pun menyukai rekomendasiku. Selama menunggu sate dibakar, dia dengan familiar mengajak ngobrol pedagangnya, bertanya ini itu, biasanya itu pertanda bagus bahwa ia cukup menyukai dagangannya. Akhirnya sate terhidang.

Aku menatapnya dibawah temaram lampu, adzan magrib baru saja berkumandang, sedangkan aku masih berusaha menghabiskan sateku, aku memang paling lelet kalau makan. Lalu sejenak aku teringat sesuatu. Kujulurkan tangan padanya dan dia menyalamiku dengan penuh kebingungan.
"Selamat ulang tahun ya senpai!" Ucapku sambil menikmati wajah bingungnya yang sontak berubah sumringah.
"Ihh makasih!" Ucapnya sedikit manja.
"Kan kalo di islam, pergantian hari itu pas magrib!" Jelasku menyusul. "Hebat kan! Aku ngucapin paling pertama, bahkan nggak pernah kepikiran orang!" Ucapku bangga.
Walau sempat ada perdebatan diantara kami mengenai waktu pergantian hari dalam islam yg sebenarnya. Tapi berhubung adzan magrib telah memanggil dan aku sukses menghabiskan sate ususku, kami pun beranjak setelah membayar. Untunglah letak pedagang itu tepat di depan sebuah sekolah islam, dan untung juga sang pedagang menawarkan untuk menitipkan helm dan motor kami. Ada gunanya juga kesupelan pangeranku terhadap org2 kecil.

Kami wudlu bersama2, karena keran di bagian tempat wudlu wanita nggak menyala. Aku menikmati ekspresinya yg sedang berwudlu, dan aku makin mengaguminya. Aku paling suka 2 moment dari dirinya :
1. Saat pangeranku habis wudlu
2. Saat pangeranku sedang shalat
Di kedua moment itulah aku tak bisa menahan gemas. Dan beruntungnya aku, karena ini masjid kecil, aku jadi menikmati 2 moment itu dengan JELAS dan PUAS. Aku memakai mukena sambil meliriknya yg telah shalat duluan. Walau wajahku sok tenang, tapi dalam hati aku menjerit2 histeris krn gemas. Aku selalu suka sisi religius darinya. (Entah kenapa sejak dulu aku selalu mengagumi cowok yg religius, bahkan gebetan waktu SD, SMP, SMA pun...eh kok jadi curcol?!?)

Aku merasa senang sekali hari itu, seolah ini hari yg super duper spesial dan indah. Entah kenapa energiku pun kembali lagi, entah karena shalat, atau karena melihatnya shalat (atau krn dua2nya?!?!). Dan kami putuskan hari ini kami tutup dengan membeli piscok (pisang cokelat) rekomendasiku. Aku memesan untuk kami bawa pulang. Aku berjanji besok harus lebih spesial dari ini, karena besok adalah hari spesialnya.