Senin, 28 Februari 2011

Nostalgia masa lalu

Siti Khodijah Lubis September 8, 2010 at 12:52am
Thanks ya senpai

Thanks udah buat sikhod ngerasa diri sikhod berharga, bahkan lbh dr yg sikhod kira

Thanks udh bkin pengarang ini mrasakan indahnya mnjd pmeran utama sbuah crita cinta. Stlh skian lama mnjadi pmeran figuran, dn cuma bs memprhatikan cerita cinta tmn2...Hehehehe...
Tpatnya mnjd peran utama wanita yg jadi sentral cerita di dunia (dn hati) senpai...(Dn jadi satu2nya fokus di lensa kamera mata senpai! Hehehehe!)
Mkasi ya, i'm appreciate it!
Sikhod gak pernah nyangka diri sikhod bisa sbrharga itu buat org lain...
Dan seorg manusia bru mrasa sempurna klo ada seseorang yg menganggapnya smpurna dgn semua kekurangan dan kelebihannya...
Cukup hanya seorang... 
 
Afry Destika Ramadhona September 8, 2010 at 12:56am Report
makasih juga iia atas pujiannya, itu merupakan penghargaan yg ga bisa senpai lupakan. sikhod memang beharga dan pantas untuk di perjuangkan.
hanya orang bodohlah yg menyianyiakan kebaikan shikod.
makasih sekali lagi atas pujiannya 
 
Siti Khodijah Lubis September 8, 2010 at 1:39am
Aku tak perlu menjadi matahari
Yang sinarnya menjadi candu makhluk bumi
Tanpanya kehidupan bumi akan mati
Aku tak seberharga itu untuk digilai

Aku juga tak mungkin bisa seperti bulan
Yang senantiasa menemani bumi mengiringi malam
Tak lelah mendampingi bumi setiap waktu
Mengikutinya meniti perjalanan orbit selalu

Aku tak sehebat pelangi
Yang dipuja dan dipuji makhluk bumi
Yang keindahannya menginspirasi
Disejajarkan dengan kecantikan bidadari

Aku hanyalah sebuah titik kecil diangkasa
Tak cukup indah untuk dipandang
Tak cukup terang untuk menjadi pelita
Aku sebuah bintang tersesat di kesendirian

Namun aku cukup menjadi sebuah bintang yang satu satunya
Yang berusaha menghibur, disadari atau tidak kilauannya
Tetap berusaha tegar bersinar sendiri, walau awan coba menghalangi
Namun bumi akan menghargai kegigihanku
Menyadari kilauanku dan berkata…
Karena hanya satu itulah, aku berharga... 
 
Afry Destika Ramadhona September 8, 2010 at 1:47am Report
widih, puisi tentang kesendirian yaa 
 
Siti Khodijah Lubis September 8, 2010 at 1:48am
Bukan gitu...kalo diamatin bukan kesendirian...
Tp ttg keunikan diri yg gak sama dr yg lain...
Gtu... 
 
Afry Destika Ramadhona September 8, 2010 at 1:50am Report
eh iya ga ngeh di bait terakhir
*.^

Afry Destika Ramadhona September 8, 2010 at 1:45am Report
Hentakan demi hentakan tuts keyboard menyertai hari pertama ku kenal dengannya.
datarnya lcd laptop menemaniku menatap wajahnya.
alunan nada nada chat masuk nengiringi degup jantungku.
seraya semuanya kembali dengan menyentuh cltr+n.
akan tetapi perasaan ini bukanlah perasaan cltr+c dan cltr+v.
kl di pikir2, ingin rasanya aku kembali dengan cltr+z.
akan tetapi history demi histori sudah tersimpan di cahce dan tak mungkin ku kirim ke recycle bin.
perasaan ini akan terus selalu ku update dan ku upgade dan tak kan pernah ku format.
jika virus2 itu datang, akan tutangkal dengan anti virus berupa rasa saling percaya, pengertian dan kesetiaan.
biarlah processor bernama cinta, RAm bernama pengorbanan akan terus ku jaga agar tidak crash dan hang.
setelah selesaiakan kubungkus dengan kesetiaan dan kasih sayang.

mungkin itu yg bsa senpai berikan.
kl jelek maaf.
maklum dadakan.
kl aneh wajar yaaa..
*.^

Siti Khodijah Lubis September 8, 2010 at 1:50am Hahahaha...IT consultant puisinya beda yah!
Hohohohohohoho!


Afry Destika Ramadhona September 8, 2010 at 1:53am Report
Hari itu, ketika tubuhku pada metabolisme nya yang terendah...

Mataku berakomodasi tak percaya...Benarkah yang tertangkap oleh nervioptici-ku??

Dalam sms mu...Katamu, akulah nukleus kehidupanmu...Katamu, jika kau flagelatta,maka akulah ATP...Katamu, jika kau inflamasi, akulah prostaglandin...

Sadarkah kau?? Kau berhasil membuatku mengalamiatrial fibrilasi dan ventrikel tachycardi perintahkan membrana tympani mumendengar..seluruh discuss vertebralis kuberkata...

"Setiap cardiac outputku membutuhkanpacemaker darimu. Setiap detail gerakan glossus mumerangsang saraf simpatisku."

"Ucapan selamat malammu laksanadiazepam...Ucapan "jangan menangis, sayang"mu bagaikan amitryptilin bagiku...Dan ketika kau pergi...terasa bagaikan imunosupresi untukku..."

Apa yang terjadi padaku??

Cinta kau bilang?? Tak pernah kudengar Dorlandmengucapkannya...Di jurnal mana aku bisa memperoleh Randomised Control Trial dengan Double Blind tentang cinta??

Diagnosa aku...Infus aku dengan Ringer Lactat mu...Dan kita akan mengaktivasi seluruh sistem organ kita bersama-sama...Sampai brain stem death memisahkan kita...

Siti Khodijah Lubis September 8, 2010 at 1:55am Hoooo...
(Cengoo)
Hebaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattt!
Sugoooooooooooiii


Afry Destika Ramadhona September 8, 2010 at 1:57am Report
hehehe....
makasih iia...

Siti Khodijah Lubis October 1, 2010 at 10:49pm
Beberapa orang beranggapan bahwa "pernyataan" itu hanya masalah kejujuran yang hanya tinggal diucapkan dengan susunan kata...
Tapi sebagian yang lain menganggap bahwa "pernyataan" mencerminkan seberapa besar dan berarti kata "cinta" itu untuknya dan untuk orang yang dicintainya. Dan seberapa layak seorang gadis mendapatkan bentuk perjuangan dari "cinta" itu.
Kebanyakan orang mengucapkan cinta dengan ringan sekarang, buatku itu cuma menunjukkan seberapa mereka menganggap sepele kata "cinta".
Menurutku pernyataan cinta mencerminkan bentuk dari cinta yang ia tawarkan.
Jika pernyataan itu diucapkannya dengan gaya sederhana, berarti ia menganggap kata cinta itu sepele dan mudah untuk diucapkan.
Jika ia menganggap seorang cewek berhak mendapatkan "cinta" yang layak, maka ia pasti mengusahakan pernyataan yang "layak dikenang" juga untuk cewek itu, untuk menggambarkan seberapa besar nilai cinta itu baginya.
Jika memang ia ingin menjadi seorang yang tak tergantikan, ia pasti akan memperjuangkan "pernyataan" yang tidak akan tergantikan pula oleh pernyataan lain yang mungkin nanti akan berdatangan.
Itu pun kalau ia benar2 ingin menjadi yang satu-satunya.
Mungkin aku tipe yang kolot, tapi aku masih menganggap "pernyataan" sebagai sebuah sakralitas yang tak boleh disepelekan begitu saja metode dan fungsinya.

Anggap saja itu mahar...sebagai cerminan...seberapa besar cinta yang layak aku dapatkan...

Sikhod nggak mau kecele lagi dengan memberikan hak senpai duluan sebelum senpai membayarkan kewajiban senpai.

Kewajiban : Pernyataan, atau lebih tepatnya "Penawaran"
Hak : Perlakuan lebih dari teman yang belakangan ini sempat sikhod kasih...
Maaf senpai, sbnrnya slama ini sikhod agak takut dengan hubungan kita yg mulai nggak ada kejelasan. Kalo senpai mau tau, sbnrnya kdekatan yg sikhod kasih ke senpai itu kebanyakan nggak akan sikhod kasih selain sma pacar2 sikhod...makanya sikhod minta jaga jarak. Apalagi org2 mulai beranggapan kita "mesra", WHAT?
Makanya sikhod disini bukannya menutup jalan senpai, tapi yang akan sikhod lakukan hanya "menunggu".

Afry Destika Ramadhona October 1, 2010 at 10:53pm Report
maafin kata2 senpai yang tadi yaaaa...
senpai akan berusaha mewujudkan impian itu.

kl aja senpai di suruh milih,
1. menyatakan di depan orang banyak
2. terjun dri lantai 6
senpai akan melakukan point 2
karena senpai suka membuktikan, tanpa mengucapkan,
maafin senpai yaaa...

senpai ngerti dengan apa yang sikhod alami sebelumnya.
senpai akan berusaha tuk menjadi yang terbaik buat sikhod. 
 
 

Kamis, 17 Februari 2011

Lihatlah Betapa Aku Mencintainya

Hari ini aku lelah sekali. Sisa waktu yg kupunya kugunakan untuk menghibur diri berinternet ria. Tahukah kalian yang aku alami hari ini?

Hari ini seharusnya kuliahku libur, namun jadwal workshop di hari kedua mengharuskan aku untuk datang mencari ilmu. Pangeranku tidak ada kabar sejak pagi, memang ia bilang akan datang lebih siang, itu pun tanpa kuwajibkan. Aku pun turun ke tokoku, teringat pangeranku yg akan datang siang nanti, aku berinisiatif membawa wafer cokelat favoritnya, aku ingat jelas ia pernah bilang soal itu. Aku pun membawa bekal demi menghemat pengeluaranku dan pangeranku, dengan porsi cukup banyak. Dan sebotol air mineral tentunya. Aku bahkan membawa minyak angin yg wanginya ia sukai, pangeranku pasti pegal karena kebanyakan begadang, aku mengerti itu. Dan aku mulai semangat membayangkan pertemuan siang nanti.
Berkat sepatu baruku yg kupakai seharian kemarin, kakiku sakit, mungkin lecet. Dan tidak kusangka rasa sakitnya belum hilang hingga hari ini, plester yg kutempel di sisi sakit tak banyak membantu. Selama dirumah jalanku aneh selama memakai sepatu dengan sedikit hak itu. Tapi diluar rumah sebisa mungkin kutahan sakitnya dan mewajarkan cara jalanku.
Maka dengan mengendarai ojek aku sampai ke gedung J2, yg sbnrnya bisa dibilang jauh2 dekat dr kampus utamaku di J1. Aku sudah mulai mempersiapkan mental, hari ini akan lebih berat karena aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri, tanpa pertolongan pangeranku. Aku dekati Vani, teman baruku yg sebenarnya belum begitu akrab, berhubung hari ini tampaknya aku akan kesepian krn kenalanku hanya Vani di workshop ini. Aku belum akrab dgn yg lain.

Aku datang cukup pagi, workshop tampaknya masih akan lama lagi dimulainya. Selama itu kucoba telepon pangeranku, tidak pernah diangkat. Mungkin ia masih tidur, toh masih pagi. Aku jadi tidak enak, takut mengganggu istirahatnya, ia pasti lelah begadang lagi. Sepi juga menghabiskan waktu tanpa pangeranku, aku kesepian di tengah keramaian. Vina asyik mengobrol dengan gerombolan teman2nya, dan aku di pojokan, menyendiri tanpa kenal siapapun selain dia. Sekali lagi kusemangati diriku dengan membayangkan Senpai Afry, pangeranku, akan datang siang nanti, dan kami akan makan siang bersama. Untuk menghabiskan waktu, akhirnya aku membuka juga wafer cokelat itu sebagai cemilan, toh hanya akan kumakan sedikit. Sisanya aku ikat erat untuk pangeranku tercinta.

Akhirnya workshop dimulai. Aku pun sibuk dengan workshopku. Biar begitu sesekali kusempatkan sekedar telepon dan SMS pangeranku. Teleponku tak pernah diangkat, SMS pun tak mendapat respon. Aku menenangkan diri dengan berpikiran positif, siang nanti ia pasti sudah muncul di kampus ini, mengagetkanku. Ia selalu muncul tepat disaat kubutuhkan.
Hingga workshop hampir berakhir pangeranku tak merespon panggilan dan SMSku. Aku mulai pesimis. AKu meneleponnya lagi. Benar dugaanku, suaranya masih serak, ia baru bangun. Ake kecewa, tapi coba menjaga suaraku, kusuruh ia melihat jam. Pangeranku hanya terkekeh dan minta maaf, aku hanya bisa mengingatkannya untuk mandi dan shalat dzuhur. Selanjutnya ia baru memberi tahuku, ia batal menemuiku hari ini karena seluruh badannya pegal2.

Awalnya aku marah, sangat kecewa. Pengorbananku membawa kotak makan besar di tas khusus yg seharian ini berat2 kubawa, sia2. Kegembiraanku membayangkan kebersamaan ini sia2. Wafer cokelat yg sengaja kubawa untuknya pun tak jadi kami nikmati bersama. Dan minyak angin yg kubawa itu pun tak bisa berguna apa2. Mulai saat itu mendadak aku down, ragaku ada disana tapi pikiranku bergelut dengan kekecewaan dan rasa mengkasihani diri. Sudah terbayang di kepalaku aku akan kesulitan pulang dari sini, berjalan kaki menahan sakit karena sepatu yg menyiksa ini menuju pangkalan ojek yang jauh. Sambil makan, tanpa menikmati makananku sama sekali, aku mencoba mentabahkan diri, menenangkan kemarahanku.
Di sebelahku Vani dan sekumpulan teman2nya makan bersama sambil bercerita2 seru, aku mendengar ceritanya, tapi tak menikmatinya.

Aku merenungkan perasaanku, merenungkan kekecewaanku, dan menemukan bahwa aku tidak seharusnya kecewa dan marah pada pangeranku. Aku memang tidak mewajibkannya datang hari itu, aku sekedar mengajak, walau aku tidak yakin bisa melalui hari ini sendiri, aku memang terlalu bergantung padanya. Bahkan kemarin aku belagak tidak butuh bantuannya dan menggampangkan soal diriku demi menenangkannya, berharap ia tidak datang agar ia bisa istirahat sejenak di rumahnya, walau nyatanya aku tidak akan bisa pulang dari sini sendiri berhubung akses transportasi terbatas. Dan lagi kakiku yg sakit ini tidak memungkinkanku berjalan hingga ke parkiran ojek yg cukup jauh dari sana.

Aku ingat, ini urusanku sendiri, sudah bagus kemarin ia mau susah2 datang dan membantuku, padahal ia tidak punya hubungan apapun dalam urusanku hari ini. Toh ia bukan supirku.
Dan aku ingat sikapnya setiap kali aku mengecewakannya, ia begitu tenang dan memaklumiku dengan bijak. Maka sangat tidak etis jika kali ini aku tidak berbuat demikian juga padanya.
Dan bukan salahnya kakiku sakit, salahku sendiri memaksakan memakai sepatu yg tidak nyaman itu.
Aku pun ingat ketika ia sakit dan masih memaksakan diri datang jauh2 menemuiku demi membantu urusanku. Ia tidak memberitahu saat itu bahwa ia sakit, aku benar2 menyesal, khawatir, sekaligus terharu melihat pengorbanannya itu. Sebenarnya ia pun sakit karena terlalu banyak keluar rumah denganku, ia pasti kecapekan meladeni semua acara yg kucetuskan. Bahkan saat sakit pun ia masih berusaha membantuku. Aku takut, sangat takut itu terulang lagi, aku takut ia sakit lg karenaku. Ia memang rapuh, dan karena itu aku harus menguatkan diri.

Mengingat itu kemarahanku luntur. Bagaimanapun marahnya aku, aku tetap mencintainya. Dan saat ini tercetus pikiran yg spontan menguatkanku, bahwa lebih baik aku yg sakit drpd aku menyebabkannya sakit lagi. Toh hari ini ia tidak bisa datang karena pegal2, jangan sampai ia semakin lemah lagi hingga jatuh sakit, karena kutahu rumahnya sangat jauh dr sini. Kekuatanku yg begitu besar, yg melelehkan hatiku dan memusnahkan amarahku adalah cintaku kepadanya. Egoismeku ciut seketika.
Lihatlah, betapa aku mencintainya. Ketika aku marah, kecewa, dan ketika aku kesulitan seperti ini pun aku masih lebih mengkhawatirkannya dibanding diriku sendiri.
Akhirnya kukeluarkan inisiatif, berhubung pangkalan ojek hanya ada di sebelah kampus utamaku yg cukup jauh dicapai dgn berjalan kaki, dan tidak ada alternatif transportasi lain, aku coba mencari teman yg searah denganku. Kutanya Vani, untunglah ia bilang akan ke kampus dulu seusai workshop dan aku boleh menumpang di motornya. Aku lega, ini tak sesulit bayanganku.

Walau telah sampai di gerbang kampus, aku tetap harus melalui perjuangan yg sulit, berjalan ke pangkalan ojek yg biasanya, tapi kali ini dengan rasa sakit di kakiku dan lelah yg teramat sangat. Perjalanan cukup jauh memang, tapi biasanya tidak terasa karena kulalui dengan gembira, kali ini perjalanan begitu menyiksa dengan sepatu baru pembuat onar itu.
Tapi kembali aku mengingat perjuangan yg dilakukan pangeranku untukku, saat ia jauh2 datang ketika sakit, dengan perjalanan yg jauh lbh berat dr rumahnya ke kampus hanya untuk membantuku. Rasa sakitku ini bukan apa2 dibanding perjuangannya, toh ia tidak memiliki tanggung jawab atas lecetnya kakiku. Ini tak ada hubungannya dengannya, jadi aku tak boleh menyalahkannya karena ini.

Akhirnya aku selamat sampai pangkalan ojek, dengan lega aku langsung naik ke motor setelah memberitahu tujuanku. Di rumah aku gempor, aku langsung membersihkan diri, shalat ashar, lalu tertidur di kamar sejukku.
Dan dalam tidurku pun aku masih mencintainya, karena selalu hanya ia yg kupercaya masuk ke mimpiku mendampingiku.

Cheeseku tersayang, aku nulis ini bukan untuk ngeluh ke kamu. Bukan bermaksud buat bikin kamu merasa bersalah jg. Buat aku hari ini aku gpp, toh sbg pelajaran jg biar aku mandiri. Aq cuma pingin kamu tau betapa aku bisa begitu lemah klo berhadapan dgn rasa cinta ini. Aku cm mau kamu tau kalo rasa cinta aku bahkan bisa mengalahkan egoismeku sendiri, kuharap itu bukti yg cukup menunjukkan besarnya perasaan sayangku ke kamu.

Kamis, 10 Februari 2011

Hari Ini Menegangkan Tapi Seru!!

Belakangan ini aku dan pangeranku mulai sulit berkomunikasi karena HPnya bermasalah. Karena itu hari ini kami sudah rencanakan dari lama untuk meluangkan waktu berdua. Aku memang sudah lama penasaran dengan rumah hantu sementara yg dibangun di Bekasi Square, pangeranku dengan senang hati menuruti permintaanku. Dan hari itu kami janjikan untuk berangkat jam 12 siang.

Maka setelah aku menunaikan shalat dzuhur sebentar, pangeranku datang menjemputku. Kami melaju, disitu kuusulkan untuk makan siang dulu di mie ayam Gajah Mungkur, tempat mie modifikasi yg kami gemari. Ketika sampai seperti biasa, kusalam dulu ibu dari pangeranku di warungnya yg begitu dekat dgn tempat mie ayam tsbt. Setelah itu baru kami duduk, bangku diluar penuh, maka mau tdk mau kami duduk di dalam, padahal di luar lebih banyak angin. Kali ini aku sudah bosan dengan mie ayam bayam, aku pesan mie ayam wortel yg berwarna jingga menarik.

Kami harus menunggu cukup lama karena kebetulan menjualnya sedang melayani pesanan porsi besar. Kami dengan santai menunggu sambil berbincang.

Bagusnya ketika menunggu, akhirnya bangku di luar lengang, kami memutuskan pindah duduk. Disana sahabatku Rindhya meneleponku. Sudah kujelaskan kalau aku sedang berdua dengan pangeranku di Bekasi Timur, dan ia ngotot ingin menyusul kami kesana. Panik...acaraku akan berantakan...Lalu spontan kuceritakan tujuanku untuk mencoba rumah hantu di BS, dimana tiketnya porsi 2 orang. Ia sempat bingung sesaat, ia kusuruh mencari teman lain dulu yg bisa mendampinginya.

Pangeranku sebenarnya kesal, aku juga, seolah tak puas Rindhya menyita waktuku dengan semua urusannya. Baru kemarin ia main di rumahku hingga malam, sekarang ia masih saja mengganggu waktu berduaanku dengan pangeranku. Apa ia nggak mengerti kami perlu waktu berdua? Atau nggak mau mengerti? Entahlah...
Kalau kutolak, ia pasti marah2 padaku, dibilangnya aku sombong sejak pacaran, lbh mengutamakan pacar drpd dia sahabatnya. Padahal jelas2 waktu pacaranku sudah bnyk kuiikhlaskan untuk menemaninya, "bertiga". Ia memang sedang butuh perhatian, tapi apa ia sebegitu kurang perhatiannya hingga harus aku yg digelandoti setiap hari? Toh aku jg sudah sering menuruti kemauannya setiap ia butuh, tapi nggak setiap hari juga kan? Emang aku orgtuanya? Dia nggak pernah menghargai usahaku...

Kami memutuskan melupakan dulu urusan tentang Rindhya, kualihkan topik pembicaraan karena pangeranku mulai emosi. Rindhya, kapan kau bisa sadar dan belajar mandiri nak? Setiap manusia terlahir tangguh, ia pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, nggak harus minta bantuan org terus.

Tak terasa sembari mengobrol, mie ayam telah kami habiskan. Kami segera membayar, tdk lupa jg aku pamit ke calon mertua. Setelah itu kami langsung berangkat ke BS, kuacuhkan soal niat Rindhya untk menyusul ke BS demi menenangkan pangeranku. Di jalan sempat ada kendala, kaki pangeranku yg ringkih terjepit diantara motor dan gerobak seorang tukang jualan ketika kami berhenti di kemacetan, ia sempat kesakitan dan kesal. Kutenangkan lagi emosinya dan sempat cemas dengan bekas operasi di kakinya, siang itu benar2 terasa gerah bagiku.

Sampai juga kami ke tempat sejuk ini, BS, tempat kami akhirnya bisa santai. Tapi janji Rindhya untk menyusul kami dengan Siska meneror kami. Kami sadar, kini waktu berdua kami terbatas.
Kami ke foodcourt untk duduk dan istirahat sejenak. Rindhya keburu marah karena aku tak menunggunya dan keburu masuk BS. Aku lupa STNK motornya hilang, otomatis ia harus parkir di parkiran luar, manalagi dia tidak tahu rute menuju parkiran luar itu, benar2 merepotkan. Dia yg inisiatif nyusul kok kita yg repot?!?!

Akhirnya kami suruh Rindhya untuk ke depan BS melalui jalur biasa, karena di halamannya ada lahan yg cukup luas untk parkir gratis. Tapi ditunggu2, tak ada kabar darinya. Maka kami merayakan kemerdekaan kami dengan...ke lantai paling atas, dimana kami bisa menatap langit di area parkiran yg luas dengan pemandangan arena gokart di depan. Tapi kali ini ada yg spesial, di arena gokart yg biasanya belum berfungsi, kini sudah aktif dgn 4 org menyetir gokart disana. Pangeranku begitu tertarik menontonnya, aku menuruti keinginannya yg terlihat antusias sekali itu. Tapi ketika mulai bosan, aku izin untuk jalan2 ke pinggir2 parkiran, melihat pemandangan dr ketinggian. Ia sempat kaget, tiba2 aku menghilang dr sampingnya.

Kami berjalan turun melewati lintasan mobil di parkiran. Di tengah perjalanan, kami menemukan anak kucing yg terabaikan. Anak kucing yg lucu, tentu saja pangeranku langsung menggendongnya dan membawanya. Ia memang cowok pecinta kucing, ia bahkan berniat membawanya pulang. Tapi kami bingung, bagaimana cara kami  menjelajahi mall dgn membawa kucing tsbt?!? Cukup lama kami mencari cara di parkiran, hingga sempat memberi makan dan minum dulu anak kucing itu. Untungnya kami temukan kantong kresek, dan atas ide kreatif kami, kami memasukkan kucing itu ke dalam kantong kresek yg telah dilubangi, lalu menyimpannya di tas laptop pangeranku yg memang besar. Dan kami siap mengelabui petugas dgn membawa kucing dlm tas itu ke seluruh pelosok mall.

Di saat kami melewati area foodcort, ternyata disana sedang ada proses syuting acara SKETSA di trans TV. Kami tertarik untuk menontonnya lebih dulu, jarang2 kami bisa menjumpai proses pengambilan gambar langsung sprti ini. Dan pangeranku yg rasa ingin tahunya tinggi begitu antusias. Tapi jujur, kakiku lelah dan ingin duduk. Maka jalan tengahnya kami duduk di bangku foodcourt yg terdekat dgn tempat pengambilan gambar, jd kami masih bisa menyaksikannya dengan santai.

Puas menonton, aku ingat tujuanku untuk ke Carefour, ada yg perlu aku beli disana. Jadi mau tidak mau kucingnya dititipkan di tasku. Ketika kami sampai di lantai tempat Carefour berada, aku melihat fenomena aneh. Seorang gadis kecil dengan asyiknya duduk lesehan di depan Carefour sambil menonton TV yg memutar sampel DVD di stand penjual DVD. Aku tertawa melihatnya, gadis kecil "kereaktif" itu seperti gambaran kami, manusia2 gak modal yg selalu mencari cara kreatif yg meminimalisir biaya, krn slogan kami yaitu "Hemaat!", hehehehe! Aku pun menitipkan tasku, berharap keberadaan kucing itu tdk terdeteksi. Sukses. Kami pun memasuki Carefour dengan riang.

Kami menghabiskan waktu cukup lama disana. Ingat anggapanku tentang hypermart sprti ini? Ini area main untk kami, padahal yg kami beli hanya 2 item. Aku tak berhasil menemukan es krim magnum incaranku. Akhirnya kami keluar setelah puas menjelajah tempat itu dan membayar belanjaan. Dan tak lupa aku mengambil titipan tasku (beserta anak kucing di dalamnya).

Di luar, panggilan untk ngemil memanggilku lagi. Aku ingat bahwa pangeranku blm prnh mencoba donat kentang. Aku punya ide untuk setidaknya menambah pengalamannya dalam bidang kuliner. Maka kubeli 3 donat untuk kami makan bersama. Di tempat duduk terdekat, kami berbagi donat sembari mengobrol ringan. Lalu kami ingat tujuan kami untuk mencoba rumah hantu di sana.

Rumah hantunya terletak di tanah lapang belakang gedung mall yg biasanya kosong, hari masih terang dan tak terlihat keramaian disana, nyaliku jd ciut. Untungnya di ujung, tepat di depan pintu keluar, keramaian baru terlihat. Remaja2 ABG asyik mengomentari apa yg ada di dlm sana. Akhirnya aku memberanikan diri, kami mendaftar, tiket sudah ditangan tapi ternyata setan2an di dalamnya sedang break magrib, dan akan dilanjutkan pukul 7. Maka aku (dengan senang hati krn rencana tertunda) dan pangeranku menunggu di dekat sana, duduk di pinggir lorong. Menikmati sore yg perlahan beranjak jadi malam. Setelah kurasa waktunya sudah dekat, kami dekati rumah hantu itu, ternyata banyak jg yg menunggu dibukanya rmh hantu tsbt, aku jadi lega pny banyak teman sperjalanan.

Rumah hantu mulai dibuka, kukira sebarisan panjang ini dapat masuk semua, ternyata barisan diputus hingga org didepanku, barisan di belakangku beserta aku dan pangeranku di paling depan menunggu giliran. Akhirnya saatnya tiba jg, aku sudah siap mendekap cowokku erat. Banyak hantu2an menyeramkan yg mengagetkan kami, aku sendiri niat nggak niat melihatnya, kadang cuma mengintip dr balik rangkulan cowokku. Sialnya gadis2 yg di belakang kami krn bawaan histeris jd menempeli aku dan cowokku. Kami ditarik dan didorong seenaknya, terus begitu. Ketika aku dan cowokku terpisah dr gadis2 itu yg tertinggal di belakang dan perjalanan hampr berakhir, salah satu gadis di belakang kami malah pingsan.
Jadilah mereka repot menggotongnya. Untuk mencari aman, aku mengikuti kumpulan org2 yg menggotong gadis itu agar tidak ditakut takuti. Tapi tetap saja ada kejutan yg menanti. Mau tidak mau, krn tragedi pingsan itu, aku harus membuka mata lebar2 dan...melihat setan2 yg ada disana. HIYAAA!
Tapi nggak apa2 sih, toh rangkulan cowokku menentramkanku...Hehehehe...

Selasa, 08 Februari 2011

Dua Hari Berturut Turut Bersama

Kemarin, 7 Februari 2010
Aku sedang menunggu kuliah selanjutnya di kelas kemarin, ketika di telepon dia ungkapkan bahwa ia sedang ada di jalan menuju kampus. Aku senang dan mendadak bersemangat. Untung kali ini sedang jam kosong menunggu mata kuliah yg terakhir. Tak berapa lama ia sampaikan ia sudah sampai. Kami sepakat bertemu di depan lepkom lantai 2.
Ia memang berniat kemari untuk mendaftar workshop yg dilihatnya di web lepkom kampus kami. Menurut yg tertera di web pendaftaran masih dibuka, maka itu ia segera ke kampus dengan terburu2, takut kehabisan kursi.
Kuhampiri ia yg berdiri dgn jaket khasnya. Sayangnya ia kehabisan kursi. Entahlah, seperti ada kecurangan di dalam sistem pendaftarannya. Aku sendiri jadi mengasihani dia yg telah jauh2 dtng dari rumahnya di Bekasi Timur. Karena itu muncul niatku untuk menghiburnya. Kuajak ia untuk menghibur diri, sekedar beli es krim favoritnya atau makan bareng. Kukorbankan mata kuliah terakhir ini, demi melewatkan waktu dengannya(Jangan ditiru ya nak).

Kami sempat mampir di pet shop langgananku dan membeli snack untuk hamsterku.


Setelahnya kami pergi ke GrandMall, dimana ada ice cream McDonalds favoritnya dan makanan murah menunggu kami.
Disana kutawarkan untuk membeli es krim dulu di stand ice cream dengan logo M besar yg telah terpampang, memanggil2 untuk dihampiri.
Kami pun membeli satu Mc Flurry untuk dimakan berdua. Lalu kami menuju lantai atas, tak sabar menuju restoran berpromo murah langganan kami.
Kami memesan paket murah seperti biasa, lalu mendudukkan diri di kursi paling pojok belakang sebelah kiri, berbatasan langsung dengan restoran di sebelahnya, hanya dipisahkan lempengan kaca rendah. Disana kami berbincang gembira. Ia menunjukkan power balance tradisional yg baru saja dipesannya, bentuknya botol kecil berisi cairan yg dikalungkan (yg dikatakannya mempunyai bioenergi). Ia dengan antusias menunjukkan dan mempraktekkan khasiatnya, seperti sales mempromosikan produknya, sangat antusias dan bangga. Aku ikut senang melihatnya seperti itu, selama ia tidak melenceng dari ajaran agama.

Setelah makan pangeranku melirik arena permainan elektronik yg ada disana.
"Ntar main disana ah!" Katanya merencanakan.
Maka kuturuti maunya itu demi menghiburnya, ia sudah cukup kesal dengan kenyataan tadi, bahwa ia tidak mendapat kursi karena diduga ada kecurangan. Tapi kuperingatkan tentang prioritas keuangannya berhubung ia kurang bisa mengelola uang untk keperluan penting nanti.
Ia membeli sepuluh koin. Di awal main ia tertarik dengan permainan untung2an, seperti mengundi tingkat keberuntungan. Dan pada percobaan pertama kami mendapat 75 tiket! Kami sangat girang waktu itu. Tapi sayangnya pada percobaan kedua kami hanya mendapat 4 tiket. Rasa kecewa yg menyergap kami membuat kami mengalihkan diri ke permainan lain.
Kami bermain permainan kesukaan kami, timpuk2an. Cara kerjanya sangat gampang dan simpel, permainan ini juga cocok untuk org yg ingin melampiaskan rasa kesalnya. Kita hanya tinggal memperhatikan layar dan menimpuk objek2 yg ada pada layar touchscreen itu dengan bola2 plastik. Walau tiket yg kami dapat tidak banyak tapi kebahagiaan kami itulah yg tak terbayar, seru.
Permainan lainnya tak dapat lagi kuingat satu per satu, tapi kami puas menghibur diri disana, bermain2 dengan ceria. Aku menikmati sekali cerianya kebersamaan dengannya.

Setelah menukarkan tiket dengan beberapa cemilan, kami numpang duduk di foodcourt. Sementara aku pamit ke toilet, pangeranku membuka laptopnya dan mulai menikmati wifi gratis disana.
Disana kami berbincang sebentar, lalu sempat mempraktekkan lagi khasiat kalung bioenerginya itu yg ternyata langsung terlihat khasiatnya. Sisanya aku memperhatikannya bermain game di FBnya. Aku tak mau mengganggu kesenangannya, aku memahaminya. Ia memang sedang antusias dengan game yg kutularkan tsbt.

Setelah ia puas bermain2 (dan aku mulai dicari olh orangtuaku, diteleponin dan disuruh pulang), baru kami pulang dari sana.


Hari ini, Seruuu...


Hari ini kuliahku libur, karena itu kupikir kupuaskan saja tidurku seharian. Setelah shalat subuh aku kalap tidur hingga dzuhur, dan dikagetkan oleh SMS 2 temanku yg mencariku.
Kubalas SMS mereka menginformasikan bahwa aku ketiduran. Obet, temanku, malah memberitakan bahwa di kampus ada pangeranku. Sontak aku kaget, ia tak bilang padaku, tapi aku maklum, mungkin ia mencari tahu soal workshop lagi. Kutelepon pangeranku, benar ia sedang dikampus. Tiba2 tercetus ide seru di otakku untuk mengajak mereka dan pangeranku makan bareng di tempat mie ayam favoritku.
Mereka setuju, Rindhya, sahabatku dipercaya untuk menjemputku dan membawaku ke kampus.
Ketika Rindhya sampai, kami langsung menuju depan kampus, ternyata Obet dan cowokku telah menunggu di atas motornya, siap untuk langsung pergi.

Maka dari situ kami konvoi ke Bekasi Timur, dimana mie ayam istimewa itu berada. Tapi di perjalanan ada kejadian seru. Ketika aku dan cowokku sedang santai melaju di atas motor, Rindhya tiba2 mendahului kami, melesat dgn motornya, disusul kejaran sebuah mikrolet 26. Kontan saja aku dan pangeranku heran, kami mengendus bahwa ada yg tidak beres disini. Benar saja, di lampu merah tempat dimana harusnya kami bertiga pasti berpapasan, Rindhya tidak terlihat disana. Untungnya Rindhya meneleponku saat itu, ia menanyakan keberadaan kami dan menyuruh kami menunggunya. Kami pun menepi di trotoar yg kami jumpai untuk menunggu anak itu.

Akhirnya ia muncul juga, mengenyahkan kekhawatiranku. Tadi kulihat dia berkejar2an dengan si mikrolet yg melaju super kencang itu, seolah emosi dan ingin menabrak Rindhya dgn sadis. Maka itu aku, pangeranku, dan Obet memberondongnya dgn pertanyaan, ingin tahu apa yg sebenarnya terjadi. Dan dia mulai bercerita...

Semua bermula dari kesantaian Rindhya melajukan motornya. Ia melaju tenang, sesuai peraturan, hingga suara klakson di belakangnya mengusiknya. Suara itu berasal dari mikrolet genit yg terus mengklakson tanpa adab, sangat mengganggu telinga. Pertama Rindhya masih menyingkir, memberinya jalan. Alih2 maju, mikrolet itu malah terus mengklakson tanpa ampun seperti org kampung yg tdk pernah bertemu benda bernama klakson.

Kesal, Rindhya mulai mengklakson balik, tanpa ampun. Kesabarannya sudah habis. Ia menyalip samping kanan mikrolet dan bicara langsung di depan supirnya yg gila.
"Anj*ng! Nyetir tuh pake otak! Masa kalah sama cewek! Gw aja yg cewek bisa nyetir bener!"
Mulai dr situlah Rindhya dipepet terus, dan terus dikejar mikrolet itu dengan kecepatan tak wajar, agaknya ia baru puas kalau sudah menabrak lari sahabatku itu. Sungguh tak tau diri dan tak tau aturan.

Untung Rindhya ini sudah menguasai lokasi, ketika mikrolet terpaksa berhenti krn ada penumpang yg turun, Rindhya memanfaatkan kesempatan itu untk membelokkan motornya ke gang diluar trayek mikrolet tsbt. Ia tinggal menunggu situasi aman, baru ia melanjutkan perjalanan.

Ternyata benar kata abang sepupuku, supir angkot itu cuma berani di wilayah trayek angkotnya. Di luar itu dia akan ciut.

Aku benar2 tak habis pikir dengan jalan pikiran supir angkot yg tak tahu malu itu, berani2nya melawan cewek yg sendirian.

Oke, kita alihkan topik ke kegiatan selanjutnya.

Selanjutnya kami terus memacu kendaraan kami bertiga hingga ke warung mie ayam di sebelah warung milik pangeranku. Mereka mendorongku untuk menyalam ibu dari pangeranku, aku yg canggung menuntut untk didampingi pangeranku.

Sabtu, 05 Februari 2011

Hari Hujan Nan Menyenangkan...

Ada 2 faktor yg membuatku bahagia hari ini.
Pertama, aku gembira bukan main karena pagi tadi hamsterku baru saja melahirkan.
Yg kedua, tentu saja...karena aku janji pergi ke Depok lg dengan pangeranku.

Kami berangkat cukup pagi, sekitar pukul delapan. Mulai dari berangkat hingga di perjalanan, pikiranku dipenuhi dengan bayi2 hamsterku yg baru lahir. Pangeranku sendiri menyadari ancaman ini, perhatianku padanya akan terbagi, ia sempat mengeluhkan itu dengan gaya bercanda. Karena itu aku coba fokus pada perjalanan yg pasti menyenangkan ini.

Aku merasa perjalanan di pagi hari memang lebih menyegarkan, udara masih sejuk. Kemacetan di pagi hari tak menjadi penghalang kami. Perjalanan malah semakin terasa seperti wisata, apalagi ketika memasuki kawasan kopasus Cijantung. Pepohonan rimbun disana memberi keteduhan alami yg menenangkan, rasanya seperti ke kebun binatang. Kami mengobrolkan berbagai hal di atas motor yg melaju. Aku gembira sekali seperti anak kecil yg dibawa ke disneyland.

Nyaris sampai tujuan, ketika gerimis mulai turun mewarnai perjalanan kami. Untunglah kami sudah dekat ke kampus Gunadarma Margonda Depok, tujuan kami. Baru saja ingin masuk gerbang, pangeranku melihat sosok2 yg ia kenal, teman seperjuangannya.
Akhirnya kami bergabung menjadi segerombolan karena memiliki tujuan yg sama. Aku senang akhirnya pangeranku tak harus berjuang sendiri, aku coba beradaptasi di antara mereka.
Sampai ke atas gedung, tempat acara diselenggarakan, acara untuk pangeranku dan teman2 senasibnya yg terlalu lama menyelesaikan kuliah. Sayangnya ia lupa membawa satu prasyarat wajib yaitu materai 6rb. Aku sempat menawarkan untuk membelikan, namun karena sifat pengecutku dan kebodohanku yg tak mudah menghapal arah, aku ragu. Tentu ia bisa melihat keraguanku, karena itu ia menolak bantuanku. Aku benar2 seperti pengecut ketika itu, cuma bisa menyesali diri yg tidak bisa membantu memudahkan pangeranku sedikitpun.

Aku hanya bisa terdiam di pojok dengan buku bacaanku ketika pangeranku sibuk dengan teman2nya. Aku org luar, tidak mengerti apa2, bahkan mengenal mereka pun tidak, maka kubiarkan ia berkelana berbincang dengan teman2nya. Tak lama ada SMS dari pangeranku, ternyata ia sedang membeli materai dengan temannya. Aku hanya bisa membantu memantau situasi acara.
Acara nyaris akan dimulai ketika ia datang, untunglah pangeranku tidak terlambat sampai lokasi. Dan perlahan semua mahasiswa yg memiliki kepentingan yg sama masuk dan memenuhi ruangan. Meninggalkan space kosong di luarnya, tempat yg awalnya penuh sesak. Pangeranku sempat meminta maaf karena akan membuatku menunggu lama, kuringankan rasa bersalahnya dengan menunjukkan buku bacaan yg kubawa. Aku sengaja membawanya, aku tahu inilah tugasku sekarang, cuma ini dukungan yg bisa kuberi. Untunglah aku bisa sedikit berarti dgn mendampinginya kini, dgn setitik pengorbanan ini.

Aku menghabiskan waktu bersama buku bacaanku. Ditemani keheningan dan kekosongan dimensi ruang, buku bacaan adalah sahabat yg tepat. Aku tidak sedikitpun merasa berat menunggunya, dikarenakan aku telah asyik berkelana dalam bacaanku sendiri. Tanpa terasa acara pertemuan itu usai, para mahasiswa mulai menyesaki pintu ruangan, bersiap keluar. Kutunggu sosok pemuda yg kucintai dengan sabar. Aku harus menyambutnya dengan senyum, hanya itu dukungan moril yg bisa kuberikan.
Ia keluar dan entah untuk keberapa kalinya meminta maaf. Aku hanya tersenyum dan kembali menenangkannya. Dengan semangat ia menawarkanku untuk mencetuskan usul acara berikutnya. Sementara kami melangkah keluar gedung, aku masih bingung. Baru kusadar sudah hampir pukul 12 siang, waktunya pangeranku menunaikan shalat Jum'at.
Kuusulkan agar ia shalat Jum'at dulu biar lbh tenang.

Gerimis mengguyur lagi ketika kami sampai di gazebo tak jauh dari masjid. Tempat yg sangat cocok untuk duduk2 menenangkan mata. Kami sempat berbincang sebentar sebelum adzan akhirnya memanggil. Ia menitipkan tasnya kepadaku dan meminta pertolonganku untuk mengawasi sepatu tercintanya. Hanya itu yg bisa kuperbuat untk dpt berguna baginya.

Kutunggu ia shalat dengan sabar, kali ini sambil membuka bukuku lagi. Tasnya yg awalnya berada pada posisi rawan terkena hujan, kupindahkan demi menyelamatkan laptop didalamnya. Kukorbankan tasku menempati posisi rawan tsbt. Dan tas laptopnya yg ada tepat di sampingku membawa keuntungan tersendiri bagiku, lamat2 tercium aroma khasnya dr tas tsbt, dan aku sangat suka hal itu. Sempat kupeluk tas laptopnya saking gemasnya. Namun khawatir tindakanku memunculkan persepsi yg salah, aku kembali bersikap sewajar mungkin.

Jema'ah shalat jum'at mulai membubarkan diri. Kulihat ia muncul dan langsung mengenakan sepatunya. Ia menghampiriku dan malah menemukan seorang lagi temannya disana. Mereka asyik mengobrol seru sementara aku izin shalat dzuhur di masjid yg sama.

Usai shalat dzuhur tampaknya intensitas hujan meningkat. Kami memutuskan mengambil bekal yg kubawa di motor pangeranku. Maka kami bergegas ke parkiran, dan untungnya menemukan tempat yg tepat untk membuka bekal itu.

Suasana mendadak romantis dan menyenangkan setelahnya. Di bawah atap teduh koridor yg sepi persis di samping parkiran, entah tempat apa itu, dengan rinai hujan melatari, kami berbagi bekal.
Kami bercerita sembari makan sepiring berdua, dengan pemandangan lapangan parkir di kejauhan, rinai hujan menjadi pendukung suasana, dan udara dingin ini membuat kami semakin lahap makan. Entah karena efek lapar, dinginnya udara atau karena bersamanya, aku merasa makanan ini enak tiada duanya. Dan saat2 disana takkan kulupakan, aku benar2 nyaman saat itu.
Bekal sudah tak bersisa lagi dan hujan mereda, kini saatnya kami melanjutkan perjalanan. Kuusulkan untuk berkunjung di Mall Cijantung yg tak pernah kudatangi. Tapi baru saja kami jalan beberapa saat ketika hujan mulai deras mengguyur. Spontan kami mencari tempat berteduh. Karena tak ada pilihan, kami berteduh dibawah fly over, di sekitarnya rimbun sekali pepohonan dan tepat di belakang kami ada rel kereta api. Tempat yg cukup berkesan, sesekali kereta api melewati rel di belakang kami. Rerimbunan pohon bercampur derasnya hujan menghasilkan wangi khas yg menentramkan. Pemandangan yg menghijau memanjakan mata kami. Dan kami menghabiskan waktu lagi dengan berbincang, bertukar pikiran, atau bercanda2. Aku beruntung memilikinya, tak ada penat sedikitpun jika bersamanya.

Hujan mulai mereda dan aku mulai mengkhawatirkan waktu yg terbuang sia2. Kupaksa pangeranku untuk melaju melewati gerimis kecil itu. Dan kami pun beranjak dari sana.

Baru saja kami sampai di Mall Cijantung ketika hujan menderas lagi, untunglah kami sampai tepat waktu walau sempat kebasahan menerobos sedikit hujan. Mall tsbt tidak mengecewakan, bnyk yg dapat dilihat disana, apalagi disana ada Mc Donalds dan ice cream cone favoritnya, pertimbangan utamaku. Kami membeli ice cream cone Mc Donalds sebagai acara utama kami, masing2 satu. Lalu sembari menjilati ice cream, kami menjelajahi mall itu.
Cukup banyak yg kami lihat tapi tak ada yg kami beli satupun, walau sepasang arloji Guess couple sempat menarik perhatianku. Aku mempertimbangkan prioritas keuanganku yg kali ini kuutamakan untuk kepentingan darurat hamsterku. Aku berjanji lain kali jika sudah ada biaya, aku akan kembali kesana membelinya.

Tak terasa cukup banyak waktu kuhabiskan, ibuku sudah menelepon dan menyuruh pulang. Sebagai anak yg baik (dan krn tidak ingim ada laporan penculikan ke polisi dr orgtuaku), aku hanya bisa menuruti. Kami memacu motor kami keluar, pulang dan mengakhiri hari menyenangkan itu.

Menjelang magrib hujan turun lagi, gerimis yg tampaknya konstan. Pangeranku mulai cemas dengan keadaanku, dan kuusulkan agar kami berteduh di masjid sembari menunggu adzan magrib. Untunglah kami temukan masjid yg cukup megah di pinggir jalan.
Masjid ini cukup nyaman sebagai tempat persinggahan sementara. Sebelum magrib kami mengobrol dan bercanda di terasnya. Dan ketika adzan memanggil, baru kami bubar ke bagian masing2 untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat.

Setelah shalat hatiku tenang, lelahku sedikit mereda karena persinggahan ini. Konsentrasiku perlahan bangkit. Kami harus melanjutkan perjalanan pulang. Dan perjalanan pulang ini aku tak selelah perjalanan kemarin ke depok. Aku masih bisa mengomentari setiap apa yg kulihat di pinggir jalan. Aku bahkan masih berinisiatif mencari kebab favoritku yg jarang terdapat cabangnya.
Sayang hingga menjelang sampai kebab itu tak kutemukan, kubiarkan perut kami dlm keadaan kelaparan walau kami kedinginan. Aku iba pada pangeranku, aku takut dia sakit. Sempat kuberi ia sebungkus roti dari tokoku dan sebotol kecil minuman sisa tadi. Semoga saja itu dapat membantunya.

Kamis, 03 Februari 2011

Biar Bertiga Namun Bahagia


Hari ini sebenarnya aku terbangun dengan lemas, karena telepon Rindhya yg ingin berkunjung ke rumahku. Bagaimana tidak, semalam aku tidur sekitar jam satu lewat, keasyikan meladeni pangeranku chatting. Rasanya tidak pernah puas berkomunikasi dengannya, selalu senang dan selalu tidak cukup. Dan pagi ini, ketika aku mandi, terdengar dering khas HPku memanggil, jelas itu dari pangeranku dan ini pasti penting. Dari SMS ia menanyakan modemnya yg dulu kupinjam, ya, aku selalu lupa mengembalikannya. Seusainya aku mandi aku segera menghubunginya balik, meminta maaf karena tidak mengangkat panggilan darinya. Ternyata ia sedang dalam perjalanan ke kampus yg notabene dekat dengan rumahku. Agaknya ia sedang membutuhkan modem itu, maka kuusulkan untuk menyusulnya nanti setelah aku mempersiapkan diri.
Dari SMSnya kutahu ia pasti belum makan. Dengan inisiatifku sendiri, kubawakan bekal dengan porsi cukup banyak untuk kami makan berdua. Tidak lupa juga kusiapkan cemilan untuknya, brownies yg kebetulan sedang distok di rumah. Soal Rindhya ingin berkunjung kusisihkan sebentar, toh rumahnya pun tidak jauh dari kampus.
Dengan baju seadanya, aku berangkat ke kampus. Saat sampai ke lobi kutemukan sosoknya dengan laptop menyala di depannya, sedang berbincang dengan beberapa temannya yg tidak kukenal. Aku diberi kesempatan kenalan walau sebenarnya tak begitu peduli dengan mereka. Hari ini kukira akan menjadi hari kami berdua. Beberapa saat kemudian teman2nya itu pergi, kini kesempatanku membujuknya untuk mencari tempat yg lebih tepat untuk membuka bekal kami. Kuajak ia ke lantai atas.
Baru saja kami sampai dan mendudukkan diri di tempat yg menurut kami cukup nyaman (karena ada colokan buat charger laptop, hehehehehe!). Panggilan dari Rindhya membuat handphoneku berdering, ternyata ia malah sudah berada di depan rumahku. Kusuruh ia menyusul ke kampus, biarlah acara ini kubagi bertiga.
Sedatangnya ia, sekonyong-konyong Rindhya langsung duduk di hadapan kami dengan wajah gaharnya. Kutanya apakah ia sudah makan, ternyata ia sama sepertiku dan pangeranku, datang dengan perut kosong. Saat itu aku sedang mulai membuka bekalku, sementara kusodorkan browniesku kepada sohibku itu. Terdorong rasa tidak enak, kubagi tiga bekalku untuk kami makan bertiga secara bergantian. Biarlah, kuanggap ini wujud dari rasa kebersamaan. Aku sangat tau, Rindhya tidak tahan lapar karena makan adalah hal terpenting dalam hidupnya, essensi hidupnya. Maka jika manusia membutuhkan makan untuk hidup, Rindhya adalah tipikal orang yg hidup untuk makan. Baginya makan adalah panggilan jiwanya. (Lho?!?!?)
Kami sempat berbincang bahkan berdiskusi kritis disana. Bahasannya universal, kebanyakan tentang daerah2 sekitar timur tengah. Tentang yahudi Israel, tentang Saudi Arabia, bahkan tentang Mesir yg sedang bergolak. Obrolan kami terdengar seperti perbincangan mahasiswa berintelektualitas tinggi yg biasa mendatangi seminar2 dengan istilah2 yg sulit dicerna bahkan sulit diucapkan oleh orang awam. Padahal kami hanyalah 3 mahasiswa tunas bangsa dodol yg akan membuat jiwa2 pejuang kemerdekaan kelojotan malu di kuburnya karena inovasi tak bermutunya.
Kami mulai bosan, rasa lapar mulai memanggil lagi. Dan bermula dari usul untuk membeli pop ice, rencana beralih menuju ke usulku, untuk makan mie ayam unik di sebelah warung milik pangeranku. Mie ayam disana beda, selain karena mienya buatan tangan pemilik warung itu sendiri, mie terbagi dalam beberapa jenis, antara lain mie bayam, mie stroberi, mie wortel, dan ada pula mie telor biasa. Semuanya, tak perlu diragukan, halal dan bersih, dan yg juga tak perlu diragukan lagi, kesemuanya lezat. Berhubung Rindhya belum pernah mencicipinya, aku dengan bangga merekomendasikannya. Lagipula, sudah lama aku tidak main ke daerah sekitar warung pangeranku.
Maka rencana dijalankan, aku meminta izin untuk pulang sebentar bersama Rindhya sekedar mengambil helm, sementara pangeranku menunggu di kampus. Perjalanan kami sempat terganggu dengan seorang anak alay bermotor yg menghambat laju motor kami, puas kami melampiaskan amarah kami melaju lagi. Di rumah kuturunkan bawaan2 beratku yg tidak terlalu perlu dibawa, kuambil helm dan kembali kami ke kampus.
Di kampus aku berpindah tumpangan ke motor pangeranku, sahabatku Rindhya selalu mengerti aku dan tau apa yg aku mau, ia memakluminya. Maka dimulailah perjalanan kami menuju kawasan Bekasi Timur. Waktu menjelang sore, dan selama perjalanan aku sangat gembira. Sebenarnya aku serba salah disana, mengingat Rindhya sahabatku itu baru patah hati, aku takut terlihat terlalu mesra hingga menyakiti perasaannya. Selama di motor kupegang pinggang pangeranku secukupnya, cuma kupeluk sesekali saja.
Sampai di lokasi tujuan, kutegur dulu calon mertua, ups, maksudnya ibu dari pangeranku yg sedang menjaga warung kelontongan sederhananya. Setelah kutemui dan kusalam, aku pamit untuk ke warung sebelah, bersiap menyantap mie ayam yg santer kelezatannya. Rindhya kuperkenalkan pada mie ayam bayam, sedangkan aku sendiri ingin mencoba mie ayam wortel yg masih asing bagiku. Dengan warna mie yg menarik dan aroma yg menggoda iman, semakin menggelitik selera makan kami. Kami makan dengan riang dan damai, ternyata mie wortelnya tidak kalah enak dengan mie bayam, sangat memuaskan seleraku. Lain kali aku berjanji akan mencoba mie stroberinya juga, karena tujuan awalku sebenarnya adalah mencicip mie stroberi, namun karena kehabisan aku berpaling pada mie wortel.
Selesai makan mie ayam, Rindhya yg doyan makan itu bahkan masih tertarik untuk membeli es kelapa di sebelah warung pangeranku. Aku cuma bisa menahan begah ketika disajikan segelas es kelapa untukku. Hasilnya aku malah menyuapi pangeranku es kelapa milikku itu, dan aku bahagia melihatnya lahap menghabiskan es tsbt. Aku senang jika ia tambah subur, berhubung tubuh pangeranku memang tipis.
Aku dan Rindhya pamit untuk pulang, tapi sebelumnya Rindhya minta agar ditunjukkan rumah teman kami, Robert,  yg tidak jauh dari sana. Maka melajulah kami bertiga, aku masih diboncengan pangeranku. Setelah cukup lama di perjalanan, kami jumpai 2 toko, kami bimbang yg mana toko milih Robert. Ragu, kami memutuskan untk menelepon, sayangnya Robert ternyata tidur. Karena hanya iseng dan tidak berniat mengganggu, kami memutuskan untk kembali.
Sepanjang jalan mendung menggerayangi kami, dan sayangnya hujan mulai mengucur. Rindhya mengujukan inisiatif menakjubkan, untuk kembali ke warung pangeranku sekedar berteduh. Ia cukup tau aku mudah sakit, dan ia cukup tau tanggung jawab yg ia pikul karena tlh membawa pewaris tunggal keluargaku ini. Ia cukup tau konsekuensinya jika menyebabkanku sakit, orangtuaku pasti menyalahkannya saking cemasnya. Aku sendiri senang dengan inisiatifnya, ini berarti bertambah lagi waktu untuk kebersamaan kami. Aku punya waktu lebih untuk melihat wajah pangeranku yg kucintai sekaligus kuidolakan itu.
Hari beranjak gelap, kuputuskan untuk menunggu magrib dulu disana agar tak magrib dijalan, kuhabiskan waktu dengan berbincang di warung kecil milik pangeranku. Ketika adzan berkumandang, aku meminta izin untuk numpang shalat. Pangeranku mempersilahkanku untuk shalat di rumah neneknya di sebelah warung, yg juga berarti aku harus beramah tamah dulu dengan beberapa saudaranya penghuni rumah tsbt. Salting menyerangku, tak habis aku tersenyum dan tersipu2, pipiku pasti sudah memerah. Rasanya senang sekaligus segan disambut scr terbuka oleh keluarga pangeranku, dalam hati aku berdoa semoga ini dapat memuluskan jalanku untuk menjadi pendampingnya.
Aku diberi kehormatan untuk shalat di kamar neneknya. Sebenarnya hatiku menjerit2 senang saat itu.
“OMG OMG OMG, I’m in his GRANDMOTHER’S ROOM!”
Histeria aneh menyerang jiwaku, membuatku gembira sekaligus tak percaya. Entahlah, perasaanku seperti mengidolakan bintang besar dan tak percaya bahwa sekarang aku sedang berada di kamar nenek bintang tsbt.
Yah, caraku mencintai pangeranku cukup aneh. Aku mencintainya sekaligus mengidolakannya. Maka kadang tingkahku layaknya fans yg bertemu idolanya. Terkadang mataku diam2 mencuri pandang mengagumi wajah teduhnya, menatap ekspresi tengilnya, memperhatikan gaya tertawanya, menyimpannya di memoriku lalu tertawa sendiri di dalam hati sembari mengamati setiap laku sikapnya, seolah2 aku ini penggemar rahasianya. Hey, aku kan pacarnya! Kadang aku sendiri merasa aneh dengan tingkahku yg mengidolakan pacar sendiri ini. Mungkin orang2 lain merasa terlalu sering menjumpai pacarnya sehingga tidak menganggap hal tersebut istimewa. Namun berbeda denganku, setiap melihatnya aku bersyukur, setiap memandangnya aku kembali jatuh cinta, dan semakin memperhatikannya aku semakin terpesona. Semakin sering kulihat dia, dia semakin terlihat indah berkilauan. Begitupun hari ini, aku beruntung dapat menjumpai gaya enjoynya di kediamannya sendiri, sisinya yg berbeda, dengan perannya kini sebagai anak lelaki di tengah keluarganya. Sungguh aneh menyadari anak lelaki tengil yg sedang berada ditengah keluarganya ini…sekarang milikku…maksudku kekasihku satu2nya. Dan dia hanya mengistimewakan aku, satu2nya juga. Aku baru kali ini dianggap istimewa di lingkungan keluarga lain yg bukan keluargaku. Maklum, pengalamanku cekak kalau soal pacaran.
Kembali ke alur cerita. Seusainya aku shalat, kuingatkan pangeranku untuk shalat. Dan aku siap menunggu saat2 favoritku, saat ia terlihat semakin keren yaitu…setelah mengambil wudlu. Itulah saat yg menurutku mempesona, dgn paduan rambutnya yg basah terkena air dan alis tebalnya, aku tidak mau mengakui kalau itu seksi…tapi itu…menggoda…hmm tepatnya menggemaskan. Disitulah aura pesonanya keluar dengan penuh. Dan setelah ia masuk kamar untuk solat, aku hanya menahan jerit gemas mengingat fenomena indah tadi, saat ia menarik rambut basahnya ke belakang. Aku suka hari ini, aku merasa sangat beruntung menjadi tamu istimewa di rumah cowok yg istimewa di hatiku. Dan aku suka melihat beragam ekspresinya bersama keluarganya di kediamannya sendiri, melihat sisi berbeda dari dirinya.
Kami tertahan di rumah nenek pangeranku, di halaman depannya terpampang meja jualan nasi uduk milik saudaranya yg lain. Disitulah kami dijamu dengan nasi uduk, aku menolak makan karena telah kenyang. Kutunggui sahabatku dan pangeranku makan di samping kiri kananku, sementara saudara pangeranku ikut duduk menimang anaknya di dekat kami. Aku senang mereka berbincang seolah aku seseorang yg spesial, aku suka dijadikan topik utama jika itu disangkut pautkan dengan pangeranku. Aku senang diakui sebagai sesuatu yg spesial, dan aku tidak pernah merasa sespesial ini. Aku suka jika bahasan tentangku terkait dengan pangeranku, aku selalu senang dikait2kan dengannya seolah kami satu paket. Bahkan aku senang ketika Rindhya menggodaku hingga aku tersipu malu. Walau kelihatannya aku keberatan dengan ledekannya, tapi aku senang diceng2in dengan pangeranku, aku tidak keberatan sama sekali.
Tibalah saatnya kami pamit. Aku kembali ke warung ibu dr pangeranku untuk pamit. Karena khawatir dengan udara dingin pasca hujan yg akan membahayakanku, pangeranku meminjamkan jaket khasnya padaku, jaket yg seringkali ia pakai. Aku segan sekaligus senang, wanginya pasti tertempel pekat disana dan aku ingin menciumi harum itu sepuas2nya. Aku ingin segera memeluk jaket itu tapi…aku takut merepotkannya. Untungnya pangeranku telah menyediakan jaketnya yg satu lagi, ia berhasil meyakinkanku bahwa ia sama sekali tidak dirugikan. Terakhir kali aku sempat menatap matanya, jengah, itulah yg kurasakan ketika hanyut ke kedalaman tatapannya. Mungkin ia tidak sadar momen ini kurekam di ingatanku.
Selama perjalanan pulang, terputar kembali rekaman peristiwa menyenangkan seharian tadi. Aku tersenyum2 sendiri di motor, semua di pandanganku terasa indah ketika aku bahagia seperti ini. Tetes2 gerimis hujan di helmku terlihat bling2 seperti lampu disko yg menarik. Angin malam yg dingin menusuk terasa bagai belaian syurgawi dan helm Rindhya di depanku terlihat seperti pentol korek api (Lho?!?!). Bahkan mungkin aku tidak akan merasa sakit jika dicubit dalam keadaan seperti ini. Ketika sampai di perbatasan Bekasi Barat, mulai terlihat susunan mall2 megah nan kemilau melatari luasnya kalimalang yg mengalir tenang. Dan semua itu terlihat seperti susunan istana2 negeri dongeng beserta danau indahnya di pandanganku. Sepanjang perjalanan aku memakai jaketnya, dan selama itu aku merasa seperti didekap olehnya, rasanya hangat dan nyaman. Sesekali aroma khasnya menggelitik hidungku manja dari jaketnya. Aku benar2 sedang kasmaran sekarang, dan anehnya aku kasmaran dengan cowokku sendiri dan selalu begini setiap selesai melalui hari2 indah dengannya.
Ia hebat karena membuatku jatuh cinta, tapi ternyata ia lebih hebat lagi karena dapat membuatku jatuh cinta berkali-kali.
Everytime I see you, I fall in love (again) with you…
My prince, see how much I love you!
How can you’re so beautiful and wonderful?
I’m lucky to be with you…as your princess


Rabu, 02 Februari 2011

Gerimis dalam kenangan

hari ini sebenernya aq hanya ingin meminta ongkos untuk kuliah, ketika sampai di warung ku mendapati sms dari adikku yg meminta modemnya.
mungkin ini berkah buat ku.
karena aku akan bertemu dengan kekasihku...







setibanya di kampus tempat ku janjian dengannya, lobby depan ilounge tempat ku bertemu dengannya.
setibanya ia di kampus, kita janjian untukmenaiki lantai 2.
tempat yg cocok untuk kita makan bersama dya dan sahabatnya "yunda"
satu jam berlalu, maka kami memutuskan untuk makan mie ayam berdua dengannya.
awalnya ku anggap ini hal biasa, akan tetapi entah kenapa setibanya disana suasana jadi berbeda.
ku begitu semangat memperkenalkannya dengan ibuku dan saudara2 ku.
ya itulah aku, jika sudah serius denga someone ku wajib ngenalin dengan orang tua ku sebagai salah satu bentuk keseriusanku dengannya.

sore telah usai dan mengalah demi senja, gerimis pun turun dengan lebatnya.
entah kenapa aku merasa lega.
karena ia bisa lebih lama disini, dirimah nenek ku.
ia bisa berkenalan, setidaknya setor muka ke keluarga besar dari pihak ibuku.
makan nasi uduk berdua adalah moment puncak yang tak kuduga.
karenaitu adalah saran dari ibuku...
dan itu adalah menu utama setelah aku pulang dari kampus biasanya.
dan ketika ia berpamitan untuk pulang diriku merasa berat.
karena hujan kah atau...
entahlah sampai saat ini ku pun bingung...
ini moment pertama kalinya selama kita berhubungan...
tak banyak tutur kata untuknya.
karena ku lebih suka bertindak dari pada hanya berkata kata.

luv you my princess

Selasa, 01 Februari 2011

Perjalanan ke Depok yg Menyenangkan


Aku melangkahkan kaki dengan semangat menyusuri koridor foodcourt mall sambil kedua tanganku membawa dua buah cemilan. Satu crepes, untukku, dan satu es krim cokelat, untuk menemaninya mengutak atik laptopnya. Margo City, Depok, disinilah kami sekarang. Cerita berawal dr janjiku untuk mendapinginya ke universitas Gunadarma Depok, salah satu lokasi kampus kami. Ia ingin meriset tempat yg akan didatanginya hari Jum’at besok, agar lebih mudah mencarinya nanti.
Jam keberangkatan tertunda sedikit, tapi tidak menyurutkan niat kami sedikitpun untuk pergi hari itu. Pukul 10 lewat, ia menjemputku dan membawaku pergi segera setelah pamit kepada orang tuaku. Tujuan utama kami jelas, kampus D Depok, yg diakuinya jarang didatangi olehnya. Kami memang berkuliah di Gunadarma Bekasi, jadi sbnrnya tdk scr langsung bersangkut paut dengan kampus utama di Depok. Meski seringkali krn pembagian jadwal mengajar dosen, kami sesekali diharuskan kesana untuk urusan2 tertentu. Aku sendiri baru pertama kali ini ke kampus tsbt.
Sepanjang perjalanan menuju ke Depok hatiku sangat riang. Entah kenapa rasanya seperti pergi berwisata, mungkin krn ini hal baru bagiku, dan aku harus melewati tempat2 yg jarang kusinggahi. Aku memang selalu suka hal baru. Atau kerianganku itu krn ada dia? Entahlah, melihat pohon saja rasanya sudah seperti berada di Taman Safari senangnya. Dan lagi cuaca sangat mendukung perjalanan kami ketika itu. Langit mendung sejuk ketika kami melintasi kawasan kopasus Cijantung yg rimbun pepohonan walau gerimis kecil sempat turun dengan singkat, perasaanku damai sekaligus sangat bersemangat seperti sedang piknik. Aku sangat menikmati perjalanan ke Depok itu, rute yg kami lewati pun menyenangkan, cukup memanjakan mata krn keteduhannya.
Sampai di kampus, kami mencari gedung yg ditujunya secara instingtif, tanpa bertanya sama sekali. Cowokku memang c ukup mandiri. Setelah menemukan gedungnya, kami harus ke lantai 3 dgn tangga. Mau tidak mau kegiatan ini menjadi olahraga berat bagi kami di siang itu.
Di lantai tiga yg sepi kami sempat mengumbar kemesraan. Pemandangan dr jendelanya ternyata sangat indah. Terlihat dengan jelas siluet pegunungan Bogor nun jauh disana, lengkap dengan kabut yg menutupi puncaknya. Sekali lagi, aku merasa seperti sedang berwisata.
Puas mengingat tempat tersebut, kami kembali turun. Melihat mesjid kampus yg megah, mengingatkanku akan Adzan Dzuhur yg td sudah memanggil sejak kami di jalan. Maka kucetuskan untuk singgah sejenak di sana, sekedar shalat dan membersihkan diri. Rasanya benar2 menyejukkan setelah shalat. Aku memang org yg mudah kehilangan konsentrasi jika lelah, dan pengobatku bukanlah Mizone atau minuman penambah ion lainnya. Tapi ritual shalat itulah yg menjadi semacam charging energy bagiku. Setelah aku shalat, biasanya secara otomatis daya konsentrasiku meningkat kembali, dan pandanganku yg memburam krn lelah biasanya kembali cerah.  Apalagi biasanya aku sekalian mencuci mukaku yg gampang sekali berminyak dan membenarkan make up, rasanya segar dibasuh sejuknya air di udara siang itu.
Kelar shalat, tiba waktunya untuk kami makan siang. Aku sebenarnya membawa bekal, seperti yg diperintahkan pangeranku. Namun ternyata pangeranku mengingkari janjinya untuk membawa bekalnya. Aku mentolerir hal itu mengingat tasnya sudah diberatkan dgn beban laptop. Kami hanya tinggal mencari tempat makan yg memungkinkanku membuka bekalku, dan pangeranku cukup membeli lauknya berhubung nasi yg kubawa cukup banyak untk dimakan berdua. Kami akhirnya menemukan tempat makan, sebuah rumah makan (semacam warteg) yg nyaman, disanalah pangeranku memesan soto untuk lauk makan siangnya. Kami makan sembari sesekali berbincang sebagai selingan.
Usai makan siang, kami sudah merencanakan untuk ke Margo City, tempat yg memiliki kenangan untuk pangeranku. Bukan kenangan denganku, melainkan kenangan dgn seseorang sblm mengenalku, ttg seorang gadis yg pernah dicintainya. Kenangan yg sebenarnya cukup lucu, dan kini kuanggap hanya kenangan, tidak lebih, berhubung aku sudah kenal dekat gadis itu. Gadis yg skrg justru jd teman dekat kami. Gadis yg skrg justru bersanding dengan sahabat pangeranku. Gadis yg cukup baik, dan kutahu cerita itu hanya akan menjadi kenakan dan tidak akan berlanjut, karena itu aku tenang2 saja menyikapinya. Kenangan itu hanya akan menjadi masa lalu, dan akulah masa depannya kini.
Margo city ternyata lebih mewah dr dugaanku. Baguslah, aku suka mall yg elegan seperti ini, bebas dr pengaruh anak2 ababil nan alay yg merusak pandangan. Dari awal aku tergoda untuk melihat2 barang2 fashionable yg dijual disana, tapi sepertinya pangeranku sangat bersemangat untuk ke lokasi penembakan, ehem, maksudnya lokasi terjadinya kenangan tersebut. Tapi akhirnya tujuan membelok ketika kami melihat took buku yg menghampar luas disana. Kami memang selalu tertarik dgn toko buku, ada banyak topik disana. Dan aku pun kutu buku, sehingga toko buku merupakan tempat yg menyenangkan bagiku. Disana kami menghabiskan banyak waktu untuk membaca2 buku sampel, nyatanya aku hanya membeli satu buku,  Chicken Soup For The Couple’s Soul menarik hatiku.
Akhirnya aku menyuarakan keinginanku untuk berkeliling Centro, dan tentu saja pangeranku menurutinya. Aku selalu suka  mode, melihat2 barang2 fashionable memang sangat menyenangkan, walau terasa menyakitkan jika tak bisa membelinya (hehehehe). Aku memang bukan fashionista sejati, aku cuma seseorang yg ingin terlihat fashionable dgn caraku sendiri. Kadang uangku sering terlalu cepat habis jika berkaitan dengan barang2 fashion yg menunjang penampilan sprti pakaian2 yg sedang kulihat2 ini.
Lelah, itulah yg sekarang kami rasakan. Dan itu juga yg membawa kami ke foodcourt ini, sebuah tempat makan di lantai paling atas Margo city. Krn keterbatasan budget, kami hanya bisa membeli cemilan untuk teman mengobrol kami. Sementara aku membeli cemilan, pangeranku membuka laptopnya.

Ketika kuhampiri ia dengan kedua cemilan di tanganku, ia sempat kaget krn tak mengira aku membelikan untuknya juga. Akhirnya kami mengistirahatkan kaki kami sembari nyemil sekedarnya. Setelah bosan melihat2 laptopnya, aku berinisiatif membuka dan membaca buku yg baru kubeli. Kami malah terlihat sprti pasangan yg sedang marahan, hening dalam kesibukan masing2, ia dengan laptopnya dan aku dengan bukuku. Tapi pada dasarnya ini keheningan yg nyaman, menentramkan menurutku, tetap ada chermistry romantic yg terasa.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sore menjelang gelap dan kami harus pulang. Di perjalanan aku sudah terlalu lelah dengan penatku, sehingga perjalanan pulang tak terasa seasyik saat berangkat tadi. Tapi tetap kumanfaatkan sebaik mungkin untuk mencium aroma tubuhnya yg wanginya khas. Aku selalu suka aroma tubuhnya yg selalu wangi itu, membuatku nyaman setiap kali dekat dengannya.
Kuperhatikan setiap sisi kanan-kiri kawasan depok yg tidak familiar dimataku, dipinggir luasnya jalan raya penuh dengan ruko-ruko dan rumah makan yg menggoda selera. Sehingga memunculkan anganku, andai aku punya banyak uang dan tinggal disana, mungkin aku sudah mati kekenyangan krn makannya yg kelihatannya enak2. Khayalan yg aneh mungkin, tapi aku selalu tertarik pada rumah makan yg desainnya menggoda selera.
Hari sudah magrib ketika aku sampai di rumah, sementara pangeranku melanjutkan perjalanannya. Kelelahan yg teramat sangat menyerangku, menggoda tubuh ini untuk sejenak berbaring. Maka setelah menunaikan shalat magrib kusempatkan berbaring di ranjangku dan aku malah tertidur. Setelah bangun satu yg kukhawatirkan, keadaan pangeranku. Aku takut ia kembali sakit karena terlalu lelah.