Ada 2 faktor yg membuatku bahagia hari ini.
Pertama, aku gembira bukan main karena pagi tadi hamsterku baru saja melahirkan.
Yg kedua, tentu saja...karena aku janji pergi ke Depok lg dengan pangeranku.
Kami berangkat cukup pagi, sekitar pukul delapan. Mulai dari berangkat hingga di perjalanan, pikiranku dipenuhi dengan bayi2 hamsterku yg baru lahir. Pangeranku sendiri menyadari ancaman ini, perhatianku padanya akan terbagi, ia sempat mengeluhkan itu dengan gaya bercanda. Karena itu aku coba fokus pada perjalanan yg pasti menyenangkan ini.
Aku merasa perjalanan di pagi hari memang lebih menyegarkan, udara masih sejuk. Kemacetan di pagi hari tak menjadi penghalang kami. Perjalanan malah semakin terasa seperti wisata, apalagi ketika memasuki kawasan kopasus Cijantung. Pepohonan rimbun disana memberi keteduhan alami yg menenangkan, rasanya seperti ke kebun binatang. Kami mengobrolkan berbagai hal di atas motor yg melaju. Aku gembira sekali seperti anak kecil yg dibawa ke disneyland.
Nyaris sampai tujuan, ketika gerimis mulai turun mewarnai perjalanan kami. Untunglah kami sudah dekat ke kampus Gunadarma Margonda Depok, tujuan kami. Baru saja ingin masuk gerbang, pangeranku melihat sosok2 yg ia kenal, teman seperjuangannya.
Akhirnya kami bergabung menjadi segerombolan karena memiliki tujuan yg sama. Aku senang akhirnya pangeranku tak harus berjuang sendiri, aku coba beradaptasi di antara mereka.
Sampai ke atas gedung, tempat acara diselenggarakan, acara untuk pangeranku dan teman2 senasibnya yg terlalu lama menyelesaikan kuliah. Sayangnya ia lupa membawa satu prasyarat wajib yaitu materai 6rb. Aku sempat menawarkan untuk membelikan, namun karena sifat pengecutku dan kebodohanku yg tak mudah menghapal arah, aku ragu. Tentu ia bisa melihat keraguanku, karena itu ia menolak bantuanku. Aku benar2 seperti pengecut ketika itu, cuma bisa menyesali diri yg tidak bisa membantu memudahkan pangeranku sedikitpun.
Aku hanya bisa terdiam di pojok dengan buku bacaanku ketika pangeranku sibuk dengan teman2nya. Aku org luar, tidak mengerti apa2, bahkan mengenal mereka pun tidak, maka kubiarkan ia berkelana berbincang dengan teman2nya. Tak lama ada SMS dari pangeranku, ternyata ia sedang membeli materai dengan temannya. Aku hanya bisa membantu memantau situasi acara.
Acara nyaris akan dimulai ketika ia datang, untunglah pangeranku tidak terlambat sampai lokasi. Dan perlahan semua mahasiswa yg memiliki kepentingan yg sama masuk dan memenuhi ruangan. Meninggalkan space kosong di luarnya, tempat yg awalnya penuh sesak. Pangeranku sempat meminta maaf karena akan membuatku menunggu lama, kuringankan rasa bersalahnya dengan menunjukkan buku bacaan yg kubawa. Aku sengaja membawanya, aku tahu inilah tugasku sekarang, cuma ini dukungan yg bisa kuberi. Untunglah aku bisa sedikit berarti dgn mendampinginya kini, dgn setitik pengorbanan ini.
Aku menghabiskan waktu bersama buku bacaanku. Ditemani keheningan dan kekosongan dimensi ruang, buku bacaan adalah sahabat yg tepat. Aku tidak sedikitpun merasa berat menunggunya, dikarenakan aku telah asyik berkelana dalam bacaanku sendiri. Tanpa terasa acara pertemuan itu usai, para mahasiswa mulai menyesaki pintu ruangan, bersiap keluar. Kutunggu sosok pemuda yg kucintai dengan sabar. Aku harus menyambutnya dengan senyum, hanya itu dukungan moril yg bisa kuberikan.
Ia keluar dan entah untuk keberapa kalinya meminta maaf. Aku hanya tersenyum dan kembali menenangkannya. Dengan semangat ia menawarkanku untuk mencetuskan usul acara berikutnya. Sementara kami melangkah keluar gedung, aku masih bingung. Baru kusadar sudah hampir pukul 12 siang, waktunya pangeranku menunaikan shalat Jum'at.
Kuusulkan agar ia shalat Jum'at dulu biar lbh tenang.
Gerimis mengguyur lagi ketika kami sampai di gazebo tak jauh dari masjid. Tempat yg sangat cocok untuk duduk2 menenangkan mata. Kami sempat berbincang sebentar sebelum adzan akhirnya memanggil. Ia menitipkan tasnya kepadaku dan meminta pertolonganku untuk mengawasi sepatu tercintanya. Hanya itu yg bisa kuperbuat untk dpt berguna baginya.
Kutunggu ia shalat dengan sabar, kali ini sambil membuka bukuku lagi. Tasnya yg awalnya berada pada posisi rawan terkena hujan, kupindahkan demi menyelamatkan laptop didalamnya. Kukorbankan tasku menempati posisi rawan tsbt. Dan tas laptopnya yg ada tepat di sampingku membawa keuntungan tersendiri bagiku, lamat2 tercium aroma khasnya dr tas tsbt, dan aku sangat suka hal itu. Sempat kupeluk tas laptopnya saking gemasnya. Namun khawatir tindakanku memunculkan persepsi yg salah, aku kembali bersikap sewajar mungkin.
Jema'ah shalat jum'at mulai membubarkan diri. Kulihat ia muncul dan langsung mengenakan sepatunya. Ia menghampiriku dan malah menemukan seorang lagi temannya disana. Mereka asyik mengobrol seru sementara aku izin shalat dzuhur di masjid yg sama.
Usai shalat dzuhur tampaknya intensitas hujan meningkat. Kami memutuskan mengambil bekal yg kubawa di motor pangeranku. Maka kami bergegas ke parkiran, dan untungnya menemukan tempat yg tepat untk membuka bekal itu.
Suasana mendadak romantis dan menyenangkan setelahnya. Di bawah atap teduh koridor yg sepi persis di samping parkiran, entah tempat apa itu, dengan rinai hujan melatari, kami berbagi bekal.
Kami bercerita sembari makan sepiring berdua, dengan pemandangan lapangan parkir di kejauhan, rinai hujan menjadi pendukung suasana, dan udara dingin ini membuat kami semakin lahap makan. Entah karena efek lapar, dinginnya udara atau karena bersamanya, aku merasa makanan ini enak tiada duanya. Dan saat2 disana takkan kulupakan, aku benar2 nyaman saat itu.
Bekal sudah tak bersisa lagi dan hujan mereda, kini saatnya kami melanjutkan perjalanan. Kuusulkan untuk berkunjung di Mall Cijantung yg tak pernah kudatangi. Tapi baru saja kami jalan beberapa saat ketika hujan mulai deras mengguyur. Spontan kami mencari tempat berteduh. Karena tak ada pilihan, kami berteduh dibawah fly over, di sekitarnya rimbun sekali pepohonan dan tepat di belakang kami ada rel kereta api. Tempat yg cukup berkesan, sesekali kereta api melewati rel di belakang kami. Rerimbunan pohon bercampur derasnya hujan menghasilkan wangi khas yg menentramkan. Pemandangan yg menghijau memanjakan mata kami. Dan kami menghabiskan waktu lagi dengan berbincang, bertukar pikiran, atau bercanda2. Aku beruntung memilikinya, tak ada penat sedikitpun jika bersamanya.
Hujan mulai mereda dan aku mulai mengkhawatirkan waktu yg terbuang sia2. Kupaksa pangeranku untuk melaju melewati gerimis kecil itu. Dan kami pun beranjak dari sana.
Baru saja kami sampai di Mall Cijantung ketika hujan menderas lagi, untunglah kami sampai tepat waktu walau sempat kebasahan menerobos sedikit hujan. Mall tsbt tidak mengecewakan, bnyk yg dapat dilihat disana, apalagi disana ada Mc Donalds dan ice cream cone favoritnya, pertimbangan utamaku. Kami membeli ice cream cone Mc Donalds sebagai acara utama kami, masing2 satu. Lalu sembari menjilati ice cream, kami menjelajahi mall itu.
Cukup banyak yg kami lihat tapi tak ada yg kami beli satupun, walau sepasang arloji Guess couple sempat menarik perhatianku. Aku mempertimbangkan prioritas keuanganku yg kali ini kuutamakan untuk kepentingan darurat hamsterku. Aku berjanji lain kali jika sudah ada biaya, aku akan kembali kesana membelinya.
Tak terasa cukup banyak waktu kuhabiskan, ibuku sudah menelepon dan menyuruh pulang. Sebagai anak yg baik (dan krn tidak ingim ada laporan penculikan ke polisi dr orgtuaku), aku hanya bisa menuruti. Kami memacu motor kami keluar, pulang dan mengakhiri hari menyenangkan itu.
Menjelang magrib hujan turun lagi, gerimis yg tampaknya konstan. Pangeranku mulai cemas dengan keadaanku, dan kuusulkan agar kami berteduh di masjid sembari menunggu adzan magrib. Untunglah kami temukan masjid yg cukup megah di pinggir jalan.
Masjid ini cukup nyaman sebagai tempat persinggahan sementara. Sebelum magrib kami mengobrol dan bercanda di terasnya. Dan ketika adzan memanggil, baru kami bubar ke bagian masing2 untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat.
Setelah shalat hatiku tenang, lelahku sedikit mereda karena persinggahan ini. Konsentrasiku perlahan bangkit. Kami harus melanjutkan perjalanan pulang. Dan perjalanan pulang ini aku tak selelah perjalanan kemarin ke depok. Aku masih bisa mengomentari setiap apa yg kulihat di pinggir jalan. Aku bahkan masih berinisiatif mencari kebab favoritku yg jarang terdapat cabangnya.
Sayang hingga menjelang sampai kebab itu tak kutemukan, kubiarkan perut kami dlm keadaan kelaparan walau kami kedinginan. Aku iba pada pangeranku, aku takut dia sakit. Sempat kuberi ia sebungkus roti dari tokoku dan sebotol kecil minuman sisa tadi. Semoga saja itu dapat membantunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar