Selasa, 08 Februari 2011

Dua Hari Berturut Turut Bersama

Kemarin, 7 Februari 2010
Aku sedang menunggu kuliah selanjutnya di kelas kemarin, ketika di telepon dia ungkapkan bahwa ia sedang ada di jalan menuju kampus. Aku senang dan mendadak bersemangat. Untung kali ini sedang jam kosong menunggu mata kuliah yg terakhir. Tak berapa lama ia sampaikan ia sudah sampai. Kami sepakat bertemu di depan lepkom lantai 2.
Ia memang berniat kemari untuk mendaftar workshop yg dilihatnya di web lepkom kampus kami. Menurut yg tertera di web pendaftaran masih dibuka, maka itu ia segera ke kampus dengan terburu2, takut kehabisan kursi.
Kuhampiri ia yg berdiri dgn jaket khasnya. Sayangnya ia kehabisan kursi. Entahlah, seperti ada kecurangan di dalam sistem pendaftarannya. Aku sendiri jadi mengasihani dia yg telah jauh2 dtng dari rumahnya di Bekasi Timur. Karena itu muncul niatku untuk menghiburnya. Kuajak ia untuk menghibur diri, sekedar beli es krim favoritnya atau makan bareng. Kukorbankan mata kuliah terakhir ini, demi melewatkan waktu dengannya(Jangan ditiru ya nak).

Kami sempat mampir di pet shop langgananku dan membeli snack untuk hamsterku.


Setelahnya kami pergi ke GrandMall, dimana ada ice cream McDonalds favoritnya dan makanan murah menunggu kami.
Disana kutawarkan untuk membeli es krim dulu di stand ice cream dengan logo M besar yg telah terpampang, memanggil2 untuk dihampiri.
Kami pun membeli satu Mc Flurry untuk dimakan berdua. Lalu kami menuju lantai atas, tak sabar menuju restoran berpromo murah langganan kami.
Kami memesan paket murah seperti biasa, lalu mendudukkan diri di kursi paling pojok belakang sebelah kiri, berbatasan langsung dengan restoran di sebelahnya, hanya dipisahkan lempengan kaca rendah. Disana kami berbincang gembira. Ia menunjukkan power balance tradisional yg baru saja dipesannya, bentuknya botol kecil berisi cairan yg dikalungkan (yg dikatakannya mempunyai bioenergi). Ia dengan antusias menunjukkan dan mempraktekkan khasiatnya, seperti sales mempromosikan produknya, sangat antusias dan bangga. Aku ikut senang melihatnya seperti itu, selama ia tidak melenceng dari ajaran agama.

Setelah makan pangeranku melirik arena permainan elektronik yg ada disana.
"Ntar main disana ah!" Katanya merencanakan.
Maka kuturuti maunya itu demi menghiburnya, ia sudah cukup kesal dengan kenyataan tadi, bahwa ia tidak mendapat kursi karena diduga ada kecurangan. Tapi kuperingatkan tentang prioritas keuangannya berhubung ia kurang bisa mengelola uang untk keperluan penting nanti.
Ia membeli sepuluh koin. Di awal main ia tertarik dengan permainan untung2an, seperti mengundi tingkat keberuntungan. Dan pada percobaan pertama kami mendapat 75 tiket! Kami sangat girang waktu itu. Tapi sayangnya pada percobaan kedua kami hanya mendapat 4 tiket. Rasa kecewa yg menyergap kami membuat kami mengalihkan diri ke permainan lain.
Kami bermain permainan kesukaan kami, timpuk2an. Cara kerjanya sangat gampang dan simpel, permainan ini juga cocok untuk org yg ingin melampiaskan rasa kesalnya. Kita hanya tinggal memperhatikan layar dan menimpuk objek2 yg ada pada layar touchscreen itu dengan bola2 plastik. Walau tiket yg kami dapat tidak banyak tapi kebahagiaan kami itulah yg tak terbayar, seru.
Permainan lainnya tak dapat lagi kuingat satu per satu, tapi kami puas menghibur diri disana, bermain2 dengan ceria. Aku menikmati sekali cerianya kebersamaan dengannya.

Setelah menukarkan tiket dengan beberapa cemilan, kami numpang duduk di foodcourt. Sementara aku pamit ke toilet, pangeranku membuka laptopnya dan mulai menikmati wifi gratis disana.
Disana kami berbincang sebentar, lalu sempat mempraktekkan lagi khasiat kalung bioenerginya itu yg ternyata langsung terlihat khasiatnya. Sisanya aku memperhatikannya bermain game di FBnya. Aku tak mau mengganggu kesenangannya, aku memahaminya. Ia memang sedang antusias dengan game yg kutularkan tsbt.

Setelah ia puas bermain2 (dan aku mulai dicari olh orangtuaku, diteleponin dan disuruh pulang), baru kami pulang dari sana.


Hari ini, Seruuu...


Hari ini kuliahku libur, karena itu kupikir kupuaskan saja tidurku seharian. Setelah shalat subuh aku kalap tidur hingga dzuhur, dan dikagetkan oleh SMS 2 temanku yg mencariku.
Kubalas SMS mereka menginformasikan bahwa aku ketiduran. Obet, temanku, malah memberitakan bahwa di kampus ada pangeranku. Sontak aku kaget, ia tak bilang padaku, tapi aku maklum, mungkin ia mencari tahu soal workshop lagi. Kutelepon pangeranku, benar ia sedang dikampus. Tiba2 tercetus ide seru di otakku untuk mengajak mereka dan pangeranku makan bareng di tempat mie ayam favoritku.
Mereka setuju, Rindhya, sahabatku dipercaya untuk menjemputku dan membawaku ke kampus.
Ketika Rindhya sampai, kami langsung menuju depan kampus, ternyata Obet dan cowokku telah menunggu di atas motornya, siap untuk langsung pergi.

Maka dari situ kami konvoi ke Bekasi Timur, dimana mie ayam istimewa itu berada. Tapi di perjalanan ada kejadian seru. Ketika aku dan cowokku sedang santai melaju di atas motor, Rindhya tiba2 mendahului kami, melesat dgn motornya, disusul kejaran sebuah mikrolet 26. Kontan saja aku dan pangeranku heran, kami mengendus bahwa ada yg tidak beres disini. Benar saja, di lampu merah tempat dimana harusnya kami bertiga pasti berpapasan, Rindhya tidak terlihat disana. Untungnya Rindhya meneleponku saat itu, ia menanyakan keberadaan kami dan menyuruh kami menunggunya. Kami pun menepi di trotoar yg kami jumpai untuk menunggu anak itu.

Akhirnya ia muncul juga, mengenyahkan kekhawatiranku. Tadi kulihat dia berkejar2an dengan si mikrolet yg melaju super kencang itu, seolah emosi dan ingin menabrak Rindhya dgn sadis. Maka itu aku, pangeranku, dan Obet memberondongnya dgn pertanyaan, ingin tahu apa yg sebenarnya terjadi. Dan dia mulai bercerita...

Semua bermula dari kesantaian Rindhya melajukan motornya. Ia melaju tenang, sesuai peraturan, hingga suara klakson di belakangnya mengusiknya. Suara itu berasal dari mikrolet genit yg terus mengklakson tanpa adab, sangat mengganggu telinga. Pertama Rindhya masih menyingkir, memberinya jalan. Alih2 maju, mikrolet itu malah terus mengklakson tanpa ampun seperti org kampung yg tdk pernah bertemu benda bernama klakson.

Kesal, Rindhya mulai mengklakson balik, tanpa ampun. Kesabarannya sudah habis. Ia menyalip samping kanan mikrolet dan bicara langsung di depan supirnya yg gila.
"Anj*ng! Nyetir tuh pake otak! Masa kalah sama cewek! Gw aja yg cewek bisa nyetir bener!"
Mulai dr situlah Rindhya dipepet terus, dan terus dikejar mikrolet itu dengan kecepatan tak wajar, agaknya ia baru puas kalau sudah menabrak lari sahabatku itu. Sungguh tak tau diri dan tak tau aturan.

Untung Rindhya ini sudah menguasai lokasi, ketika mikrolet terpaksa berhenti krn ada penumpang yg turun, Rindhya memanfaatkan kesempatan itu untk membelokkan motornya ke gang diluar trayek mikrolet tsbt. Ia tinggal menunggu situasi aman, baru ia melanjutkan perjalanan.

Ternyata benar kata abang sepupuku, supir angkot itu cuma berani di wilayah trayek angkotnya. Di luar itu dia akan ciut.

Aku benar2 tak habis pikir dengan jalan pikiran supir angkot yg tak tahu malu itu, berani2nya melawan cewek yg sendirian.

Oke, kita alihkan topik ke kegiatan selanjutnya.

Selanjutnya kami terus memacu kendaraan kami bertiga hingga ke warung mie ayam di sebelah warung milik pangeranku. Mereka mendorongku untuk menyalam ibu dari pangeranku, aku yg canggung menuntut untk didampingi pangeranku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar