Jumat, 08 Juli 2011

Dufan...Here We Go!!!

Baru kemarin lusa kami berada di sebuah tempat hiburan yang penuh dengan wahana mengasyikkan, Dunia Fantasi Ancol. Kalian mau tau apa sj yng terjadi disana?

Hal ini sudah cukup lama kami, -aku dan pangeranku-, rencanakan. Biaya pun telah kami persiapkan sematang mungkin. Saat hari H itu akhirnya tiba, kami dengan bersemangat berjanji untuk bertemu. Aku akan menaiki motor pangeranku, karena itu ia yang harus menjemputku seperti biasa. Dan seperti biasa pula, aku sedikit telat dan terpaksa membuatnya menunggu di depan rumah.

Saat akhirnya aku menemuinya, aku didampingi ibuku (dengan barang bawaan seabreg-abreg), ia hanya trkejut, ia bahkan nggak membawa barang apapun, tasnya kopong. Sebenarnya ia jg membawa tas atas suruhanku. Tapi pada akhirnya tasnya berguna juga untuk menampung bawaanku yang lain, snack-snack dan minuman. Aku memang org yg prepare (ato ribet?!?), saking prepare-nya aku bahkan membawa minum berbotol2 karena bayanganku di tempat berlibur, minuman atau makanan pasti dijual mahal. Hebatnya lagi aku membawa 3 jenis snack, 2 potato chips buesar (1 kesukaanku dan 1 kesukaannya) dan 1 happytoss.

Oke, pendek cerita akhirnya kami sampai di tempat menyenangkan itu, tapi misi belum berakhir. Sambil menunggu konter tiket buka (karena msh tutup), kami pun saling menantang. Aku menantang pangeranku untuk mengikutiku menaiki semua wahana nekat. Mungkin ia belum tahu seberapa besar nyali dan kenekatanku jika bertemu dengan hal2 yg menantang adrenalin macam wahana2 itu. Dia sempat menyombongkan diri, "Nggak ada ceritanya Afry Destika Ramadhona ngeri naik wahana begitu!"
Oke, kupegang kata-katanya. Setidaknya aku lega, aku akan ada teman bermain wahana menantang yg bisa mengikuti kenekatanku. Krn seumur2 aku ke dufan, tidak semua teman mau (dan mampu) menuruti kemauanku menaiki wahana yg menguji adrenalin itu. Dan kini, aku harap soulmate-ku bisa.

Konter tiket buka, kami dan pengunjung lain menyerbu konter itu. Aku bersyukur memiliki voucher diskon karena saat libur sprti ini harga tiketnya melonjak tinggi. Setelah kami mendapatkan tiket, ujian kesabaran tidak berakhir sampai disitu. Sudah hampir pukul 10, tapi kami masih harus menunggu gerbang Dufan dibuka. entah kenapa Dufan punya kebiasaan menunda2 pembukaan gerbang justru pada saat liburan begini, saat pengunjung membludak. Padahal menurut pangeranku, jika hari biasa Dufan sudah buka sejak pukul 8, entahlah. Aku menunggu sambil meringis dalam hati, penyesalanku adalah bawaan ranselku yg berat, mungkin akan lbh menyenangkan jika bawaanku tdk seberat ini. Aku lebih mirip turis yg mau backpacker.

Untung kami berada di barisan depan, maka saat gerbang dibuka kami berhasil melaju lebih dulu. Kami langsung mengincar wahana menantang (karena aku paling anti menaiki wahana yg cere2, itu cuma menghabiskan waktu). Yang pertama kami lihat dan akhirnya naiki adalah...Kora-kora. Kusarankan di paling belakang, karena paling berasa ayunannya. Aku sebenarnya bisa saja bermain kora-kora sambil berdiri, ah tapi banyak pengunjung yg duduk rapi, jd aku tdk mau melanggar aturan sendiri. Rasanya menyenangkan diayun-ayun begitu, apalagi saat meluncur ke bawah, rasanya seperti dijatuhkan, seruuu!! Kami sempat melihat hasil photoshot kami tapi kami nggak mau membelinya, karena kami tidak suka difoto dengan ekspresi2 mulut menganga lebar seakan siap menerkam lalat yang bernasib malang, menurutku itu aib, hahahahaha...Aku heran...kenapa artis2 selalu terlihat anggun dan mempesona jika rambutnya melambai-lambai tertiup angin? Sedangkan aku...lebih terlihat seperti Medusa?!? 



Setelah puas menaiki kora-kora tanpa antrian panjang, kami pun melirik wahana yg sebenarnya kami incar dr awal...Hysteria. Aku kembali mengajak pangeranku berlari agar tidak terjebak antrian panjang, dan hasilnya... kami berhasil menjadi kloter pertama, kloter percobaan.



Aku duduk dengan santai di sebelah pangeranku, pengaman telah mengunci kami. Tanpa kusangka dan tanpa aba-aba wahana melesat langsung ke atas, lalu aku dijatuhkan, aku bahkan belum persiapan mental...Itu sangat mengagetkan kami pada awalnya. Aku baru tahu ternyata pesona wahan Hysteria adalah efek mengagetkannya, tanpa ada ancang2 sebelumnya. Untung selanjutnya aku bisa menikmati mainan itu, naik-turun, itu saja yg perlu kami kerjakan...Tapi aku kurang puas krn menurutku terlalu sebentar dan kurang tinggi naiknya...Seperti biasa, kami hanya melirik sekilas hasil photoshot kami, tanpa rasa tertarik untuk membeli.

Kami menjadi lelah karena ritual berlari2 tadi, karena itulah kami memutuskan untuk duduk dan beristirahat sebentar. Untunglah kami menemukan bangku yg cukup teduh. Kami menyantap cemilan yg telah kubawa, sambil memuaskan dahaga yg sejak tadi menggelitik. 






Setelah puas nyemil dan istirahat sejenak, kami kembali meneruskan berjalan, dan kami menemukan wahana Baku Toki, semacam bom2 car ala dufan. Kami hanya perlu mengantri sebentar sebelum kebagian memilih mobil. Aku sedang malas menyetir sendiri, lagipula aku blm punya sim :p . Karena itu aku cuma nebeng dan membiarkan pangeranku menyetir di sebelahku. Tapi disini aku cuma bisa kesakitan, karena seat beltku tdk bisa kupasang, sedangkan pangeranku telah menjalankan mobilnya. Aku pun terjedug-jedug (bahasa apa itu?!?) di sebelahnya, ditubruk sana sini dan kakiku cenat cenut tiap ada kamu...Hahaha... Intinya aku terpaksa menahan diri dan mencoba berkali2 memasang seat belt itu sambil mobil kami dikemudikan dan ditabrak2 mobil lain. Sayangnya setelah beberapa kali mencoba, baru seat beltku bisa terpasang setelah mendapat bantuan pangeranku. Aku merasa lbh aman.


Puas bertubruk tubrukan, kami segera berburu wahana lain, secepat mungkin sebelum antrian memanjang seperti ular naga panjangnya bukan kepalang. Lalu terpampang indah di depan kami wahana dengan rel meliuk-liuk dan memutar, indah sekali...yup Halilintar...itulah yg kami buru saat ini.



Maka sembari sesekali meraup happytoss, kami mengikuti antrian yg tdk teralu panjang. Tanpa perlu lama menunggu, kami diberi kesempatan juga untuk memilih tempat duduk. Aku kembali meminta di belakang, karena setahuku bagian belakanglah yg plng terasa goncangannya, paling terbanting-banting. Walaupun kami tidak berhasil mencapatkan bangku di paling belakang, tapi aku cukup puas mendapatkan bangku kedua dr belakang. Dan kami mulai melesat menembus angin (jiaaah)...berputar-putar, meliuk...Disitulah akhirnya aku berhasil mendengar pangeranku menjerit, hahaha. Sebelumnya aku tdk pernah mendengarnya berteriak, tapi aku beruntung wahana inilah ternyata yg berhasil mengeluarkan teriakannya. Sayangnya karena banyak peminatnya, wahana ini hanya sebentar dijalankan, satu putaran tidak cukup memuaskanku.

Pangeranku merasa penat karena sejak tadi selalu menaiki wahana yg membuat kami terombang-ambing membelah angin. Karena itulah ia ingin wahana yg seru dan sedikit santai. Dan aku menyarankan sebuah wahana yg tepat, Perang Bintang favoritku.



Aku sangat gembira ketika menjumpai wahana perang bintang masih sangat lengang, tanpa antrian, hanya ada sedikit rombongan bersama kami. Kami pun segera melesat ke tempat pertempuran. Dan pangeranku masih berani menantangku, ia mengajak beradu poin tembak2an. Maaf ya cinta, wahana ini tlh khatam kukuasai. Jadi bisa ditebak hasilnya. Karena trikku yg jitu (dn belum banyak diketahui orang), pangeranku pun terkalahkan. Poinku 13rb lebih, sedangkan pangeranku hanya 9rb lebih. Mau tahu triknya? Jangan berhenti menekan pelatuk tembakan. Hahahaa...(Karena sebenarnya aku bukan "menembak", tapi justru "menyenter".)

Setelahnya kami bersantai-santai dulu duduk di tangga pintu keluar yang memang sangat nyaman. Kami membuka bekal lagi, dan mengunyah lagi (Hahaha...)...



Tadinya kami ingin bersantap makanan berat di Mc Donalds, tp melihat penuhnya aku mengurungkan niat, lagipula berkat cemilan tadi aku jd nggak begitu lapar. Kami berburu wahana lagi, masih ingin bersantai, kami pun memutuskan wahana Theater Simulator yg menjadi pilihan. Kali ini berjudul "Journey To The Centre Of Earth".Yang kami lakukan adalah menonton dengan bangku2 kami yg berguncang2. Berhubung aku suka berimajinasi, aku tdk sulit membayangkan berada di posisi si tokoh yg aku tonton. Kami dibawa menjelajah ke tempat yg menegangkan, dengan guncangan-guncangan yg menantang. Pangeranku terlihat menikmati wahana ini, dan aku suka melihat ekspresi senangnya itu.




Berhubung wahana di sekitar sini telah penuh antrian, pangeranku mengajakku berjalan-jalan saja. Dan tebak...kami menemukan wahana arum jeram. Semangatku kembali terpacu, pangeranku pun terlihat semangat menyerbu wahana itu. Beruntung tidak begitu panjang antrian disini, perjuangan kami menaiki tangga dan berjalan tdk sia-sia. Kami satu perahu dengan tiga remaja cowok yg kelihatannya pecicilan, syukurlah, setidaknya kami bisa menyalurkan ekspresi tengilku dengan bebas. Aku sudah menyiapkan diri dengan memakai jaket dan menaruh ransel di depan, optimis bahwa aku tdk akan terlalu basah krn perlindungan itu. Dan perahuku mulai mengapung terombang-ambing di sungai buatan itu, seru dan menyenangkan. Sayangnya optimismeku terpatahkan, setelah beberapa kali berhasil menghindari cipratan-cipratan air, di detik2 terakhir aku justru terhempas ombak besar dari samping, pertahananku terbongkar dan kemejaku basah. Tapi kutahankan saja kebasahan, pikirku toh nanti akan kering dgn sendirinya.




Demi mengeringkan pakaian, kami memutuskan menaiki wahana yang santai. Kami pun menaiki rajawali. Dan tanpa antrian panjang, kami mulai diterbangkan berputar2 diangkasa, menyenangkan. Kami juga menaiki Ontang-Anting. Mirip seperti ayunan, tp lebih seru krn kami seperti diterbangkan berputar cukup tinggi.





Bosan bermain wahana dan mengantri, aku menuruti keinginan pangeranku untuk ke Area Amerika. Disana ia mengaku betah karena menyukai desainnya. Aku juga suka sih, keren, kesannya seperti berada di amerika pada zaman cowboy dan Sherif masih eksis. Rasanya ingin berfoto disana dengan rok panjang dan blouse balon berenda ala gadis amerika jadul, atau setidaknya baju kemeja, jeans, dengan topi cowboy seperti milik Andy Toys Story.





Pangeranku mengajak masuk Rumah Miring Rango-Rango), tempat dimana kita bisa menjadi celeng tiba2 (Hahaha...). Juga Lorong Sesat, tempat dimana kita bisa ngaca sepuasnya. Nggak deng, di lorong sesat banyak juga yg tersasar lebih lama dari kami, kami sih tinggal nimbrung. Lalu dengan arahan clue dr petugas akhirnya kami bs keluar. Pangeranku tidak puas karena petunjuk itu, ia merasa bisa mencari jalan sendiri, toh kami baru saja masuk ke dalam.


Lapar akhirnya menggangguku, dan aku tertarik dengan eksterior kafe2 di daerah ini. Aku memutuskan untuk makan di sebuah kafe yg apik disini. Kafe dengan gaya khas amerika jaman baheula. Untung kami mendapat duduk di pinggir dekat jalan, dimana pelana kuda terpasang tepat di pagar sebelah pangeranku., perfect view for me. Tapi di kafe bergaya amerika itu kita justru disuguhkan menu sangat sunda, kontras memang. Maka dengan senang hati kami berdua makan disana, memesan paket hemat dan menunggu sambil berbincang atau memperhatikan orang2 yg lewat. Uniknya disana kami dihampiri beberapa lebah yg ingin mencoba minuman soft drink kami. Awalnya satu, lalu dua, lalu yg lainnya pun berdatangan. Dan aku sangat terenyuh ketika pangeranku melarangku memukul lebah yg menurutku mengganggu itu. Dia membiarkan mereka karena menurut pangeranku binatang2 itu hanya ingin minum. Dan hebatnya dia memberikannya dengan ikhlas, menunggu mereka selesai minum tanpa mengganggunya!
"Kamu kok baik banget sih sama binatang? Kan ini cuma lebah?" Tanyaku heran.
Dan jawabannya, "Kamu seneng gak kalo dibaikin? Binatang jg begitu!" Aku cuma bisa melongo, betapa lembut hati cowok di depanku ini. Nggak kucing, nggak lebah, semua disayanginya sepenuh hati. Aku memang sudah lama tahu dia suka kucing, tapi...ternyata dia benar2 berhati lembut bahkan pada semua binatang.


Kami memandang Kicir-kicir dengan antusias. Ralat, mungkin aku yg antusias, dan dia ngeri. Disana ia sudah menyerah, ia enggan menaikinya karena perutnya baru saja makan, ia takut muntah seperti dulu. Aku sempat memaksanya, karena aku tertarik sekali dengan wahana yg sepi antrian itu. Tp krn akupun tidak tega memaksanya terus, aku memutuskan untuk mencobanya sendiri.


Aku melirik seorang pemuda di barisan depanku, pria chinese berkaus oblong tanpa lengan dengan kacamata hitam terpampang di wajahnya. Aku nggak pernah suka cowok memakai baju tanpa lengan, apalagi di tempat umum dan sempat membatin, "Duh semoga gak sebelahan sama cowok itu, gak bgt deh!"
Tapi kenyataan berkata lain, krn tidak ada bangku lain aku terpaksa duduk di sebelahnya. Tapi ternyata dia nggak sebelagu dan senyebelin yg kukira. Dia ramah kepadaku, bahkan membantuku membuka pengaman yg berat kuangkat. Sebenarnya aku merasa lebih tidak enak ke pangeranku yg memperhatikanku di sana. Untung dia bukan org yg cemburuan.






Aku turun dengan puas, dengan rasa bangga tak terkira. Aku berhasil mengalahkan nyali pangeranku, bisa melakukan apa yg dia nggak bisa. Dan yg lebih penting, aku bisa membuktikan diri bahwa aku gadis pemberani. Pangeranku menyambutku dengan tatapan kagum sekaligus khawatir. Ternyata selama memperhatikanku dia merasa cemas, ia takut aku terbanting karena laju wahana yang terlihat mengerikan itu (aku yang naik dia yg ngeri?!?), intinya dia takut kehilangan aku. Ia tersugesti film Final Destination, sehingga sudah berfikir yg tidak2 tentang keselamatanku. Dan aku sangat senang dikhawatirkan, berarti ia sangat menyayangiku. Soal pemuda itu? Ia tidak pernah mempermasalahkannya.
Dan pangeranku tambah tercekat ketia kubilang ingin menaiki wahana Kicir-kicir itu lagi, untuk kedua kalinya.


Puas menaiki Kicir-kicir dua kali (dan dua kali membuat pangeranku jantungan), aku kembali berjalan-jalan bersama pangeranku, mencari wahana yg kiranya sepi antrian. Sebenarnya aku penasaran dengan Tornado, tapi pangeranku masih mengkhawatirkan keselamatanku. Akhirnya ia mengajakku ke Bianglala, bersantai menikmati ketinggian. Aku sebenarnya suka bianglala, tapi tidak jika penghuninya dicampur dgn orang2 yg tidak kukenal.






Bianglala cukup diminati, kami sabar menanti antrian. Saat tiba giliran kami, kami berdua digabungkan dengan beberapa remaja yg terlihat modis dan sok gaya fashionable, terlihat sok eksis professional dgn menenteng2 kamera SLR yg mereka pakai cuma untuk foto2 narsis di atas sana. Aku agak segan disana, berhubung para remaja ini terlihat individualis dn kurang supel. Kami pun sibuk dengan obrolan masing2, ABG2 itu dengan teman2nya dan aku dengan pangeranku. Tapi aku suka saat pemandangan laut terlihat menghampar di depan mataku dari ketinggian. Wangi amis dan garam tercium dari laut sana, terbawa angin laut. Kami agak lama di bianglala berhubung petugas teknisi tampaknya mengabaikan kami. Padahal aku sudah bosan, aku ingin mencoba tornado yg terlihat menarik dr atas sini.


Turun dr bianglala aku lega, pangeranku menuruti keinginan ngototku untuk melihat wahana Tornado. Pangeranku tetap tak bergeming dr keputusannya, ia tak ingin menaiki wahana menyeramkan setelah makan. Maka aku kembali mengalah naik sendiri, aku terlampau penasaran dan tak mengidahkan kekhawatiran pangeranku thdp diriku.






Sayangnya aku naik di bagian belakang, bukan di bagian depan di hadapan pangeranku. Aku salah jalan krn hanya mengikuti  bapak2 cina di depanku dan gadis remaja yg dibawanya. Gadis itu terlihat supel dan seringkali curcol padaku soal ketakutannya, kengeriannya akan wahana itu. Tapi tetap saja ia menaikinya, satu orang setelahku. Dan aku mulai diombang-ambingkan. Sayangnya wahana ini tidak seseru yg dipromosikan di TV, wahana ini diputar diagonal hanya pada event2 tertentu saja, terutama jika disorot TV (huh dasar pelit!), jadi kami hanya diputar2 seperti mesin penyerut es campur.


Itulah wahana terakhir kami. Berhubung pangeranku mengajakku untuk menikmati pantai dan kaluargaku meminta oleh2 baju pantai, maka kami harus mengatur waktu untuk ke Pasar Seni, lalu ke pinggir pantai entah apa namanya.


Setelah lelah berbelanja di pasar seni, kami menikmati pemandangan malam pantai yg begitu romantis. Bukan dengan gaya mesra ala sinetron, tapi dengan potato chip masing-masmg dan tertawa-tawa berkonyol-konyolan. Pasangan yg aneh memang, hehehe...



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar