Jumat, 21 Januari 2011

Flashback Masa Lalu

Pernahkah aku bercerita tentang dua moment akhir2 ini ketika aku bersamanya?
Sepertinya belum, mari kita mulai.

BCP, 17 Januari 2011

Kami janjian untuk melakukan 1 ritual pacaran aneh, ngenet bersama. Bukan hanya dengan 1 monitor dr seperangkat laptop/komputer sewaan, mojok berdua di warnet, cekikikan mesra sambil nunjuk2 kursor gak jelas, atau bahkan melakukan adegan mesum, tidak2, tentu bukan! Kami membawa 2 laptop, laptop kami sendiri2, lalu mencari tempat hotspot gratisan yang paling cozy. Dan tempat yg beruntung untuk kami singgahi itu adalah Bekasi Cyber Park.
Kami sudah menjajah mall ini puluhan kali, dan kami hapal tempat yg nyaman untuk kami duduki seharian ini, area luar foodcourt. Tempat yg sudah menjadi saksi banyak kenangan kami baik sebelum ataupun sesudah jadian, berlatarkan pemandangan indah jalanan besar bekasi barat, kemacetan, dan polisi2 dengan rompi ijo ngejrengnya, tempat yg saat matahari tenggelam mendadak menebarkan aura romantis dari susunan lampu2 kecil mirip kilauan hujan yg menggantung diatapnya. Sebelum itu, kami mengunjungi Mc Donalds terlebih dahulu untuk membeli ice cream favorit pangeranku (Ice cream boy, yeah! As sweet as him...). Lalu ice cream itulah yg menjadi pengganjal perut kami sembari mengotak atik laptop kami masing2. Well, beginilah yg terjadi jika 2 org di bidang IT (yg nggak modal) saling jatuh cinta dan pacaran, tetap nggak bisa jauh dr laptop (dan wi-fi gratis).
Seharian internetan berdua, dengan laptop kami masing2. Kalian pasti bertanya dimana letak keromantisannya kan? Kalau itu pertanyaannya, saia juga bingung menjawabnya. Tapi scr abstrak dan sulit dijelaskan, ini tetap terasa romantis bagiku, setiap detik bersamanya, di tempat manapun, sedang beraktivitas apapun, selalu ada chermistry romantisme yg terasa, seperti hari itu. Sore itu panggung di depan kami menampilkan pagelaran live music dari band yg kelihatannya amatiran. Tapi yah...ini lebih mendingan daripada penyanyi2 karaoke amatir di BS yg menggelegarkan suara sumbangnya ke seantero ruangan foodcourt, berharap keajaiban terjadi dan ada pencari bakat khilaf yg berkenan mengajak mereka ke dapur rekaman. Back to topic, band tersebut menampilkan vokalis wanita yg bahkan tidak sempat kulihat wajahnya saking keasyikannya memperhatikan monitor laptopku. Dan suatu ketika, suara wanita penyanyi amatiran itu akhirnya berhasil juga menarik perhatianku setelah sekian lama kuabaikan, saat ia menyebutkan judul lagu yg akan ia nyanyikan, Hujan dari Utopia. OMG, itu lagu kesukaanku yg mengandung kenanganku dengan pangeranku sblm jadian, yah setidaknya menurutku sendiri. Pernahkah kalian kuceritakan kenanganku yg paling romantis bersama pangeranku sebelum jadian? Belum? Kalau begitu kalian harus kubagi karena cerita ini sangat sayang untuk kulewatkan...

Ini tentang hujan, jas hujan kuning, dan perjalanan kami berdua...
Well, sebenarnya nggak benar2 berdua aja.



Aku beserta pasukan teman2 sekelasku menjenguk ibu dari salah satu teman sekelasku yg sakit parah sbg bentuk solidaritas. Kuajak ia (yg saat itu msh berstatus sbg seniorku) bersamaku, sekaligus sebagai penunjuk jalan. Ia yg saat itu sedang gencar2nya melakukan pendekatan padaku sadar untuk tdk menyia2kan momen itu, ia memboncengku sepanjang hari, dan kutahu itu merupakan kebahagiaan tersendiri untuknya. Kami pun bersama2 mendatangi sebuah rumah sakit besar di kawasan Jakarta. Sepulangnya dari sana, cuaca mendadak garang, hujan turun begitu deras. Kami, rombongan mahasiswa bermotor dengan intelejensia tinggi kami, hanya bisa mengemukakan 1 inisiatif cerdas, segera berteduh. Karena jakarta begitu macet dan tidak ada ruko atau atap apapun di sekitar kami, kami memutuskan menghentikan saja laju perjalanan kami di sepotong trotoar disebelah pagar yg ditudungi ranting2 pohon. Dan kami mulai menudungi diri kami dengan jas hujan masing2. Teman2ku bergerombol dalam 2 jas hujan, mereka asyik bercengkrama. Dan aku disini, terasing berdua dengan pangeranku dibawah satu jas hujan kuning ngejreng, hanya berdua di paling pojok. Sudah bisa membayangkan chermistrynya? Kira2 keadaannya tidak jauh berbeda dengan adegan film2 jaman baheula dimana sang pemeran wanita dan pemeran pria terjebak hujan berdua dibawah tudungan daun pisang, tapi ini versi real dan modernnya, tanpa skenario buatan manusia. Disini, skenario Tuhanlah yg berbicara.



Ternyata jas hujan itu tidak cukup banyak menolong, kami tetap saja kebasahan. Perlahan2 air hujan semakin gencar menyerang dari setiap sisi dan celah dari kontur jas hujan tersebut. Dan kulihat ia, pangeranku, dengan gigih berusaha keras melindungiku dari tetes hujan yg bahkan tidak akan menyakitiku, ia bahkan meminjamkan jaketnya padaku. Ia tidak peduli pada dirinya sendiri yg kebasahan, masih terus saja sibuk menutupi setiap celah yg berpotensi mengancam keselamatan jiwaku, ups, maksudnya berpotensi membuatku basah. Kulihat usahanya dan aku terharu. Sejenak aku merenung, tidak pernah ada seorang cowok di luar keluargaku yg berusaha sekeras itu untuk melindungiku, seolah aku sesuatu yg begitu berharga. Dan disitu aku tahu, ia bisa menghargaiku dengan pantas. Dan kedekatan ini...chermistry yg kudapatkan saat berdua dengannya ini, dlm jarak yg sangat dekat ini...membuatku semakin yakin...bahwa aku bisa membuka hati untuknya, bahwa ia pantas mendampingiku. Dan dititik itu aku merasa sangat dicintai dan dihargai.
Bukan, bukan karena kalimat manisnya saat itu. "Sikhod bisa nggak hitung tetesan hujan itu? Sebanyak itu perasaan sayang senpai ke Sikhod!" Walau yeah, kutau itu bualan manis saja. Toh tetesan hujan itu masih akan berakhir pada batasnya, tapi nyatanya rasa cintanya padaku tidak pernah berakhir hingga kini.

Dan ia meminta aku mengeluarkan rotiku. Yah, sebelumnya aku sempat membelikannya sebuah roti sobek karena khawatir dgn perutnya yg blm terisi. Itulah bentuk perhatian pertamaku, sebuah roti sobek cokelat keju yg mengilhami penamaan blog ini, center dan titik balik dr semua cerita cinta kami. Ia memakannya lagi disana, dan tak lupa menawarkannya untuk teman2ku yg lain (walau mungkin dengan berat hati).

Disanalah aku yakin ia bisa mencintai dan menghargaiku dengan sepantasnya, dan ia pantas untuk menjadi pendampingku. Aku kagum dengan sikap gentlenya pada wanita, tapi tidak semua wanita seberuntung diriku.



Dan disinilah aku sekarang, bersamanya, bercanda tengil walau dengan laptop masing2. Ini tetap merupakan sebuah romantisme tersendiri bagiku, karena saat yg paling membahagiakan bagiku adalah saat aku bersama pangeranku itu, tak perduli dimanapun dan kesulitan apapun yg kami hadapi. Jadi jika kau ingin menghadiahkanku sebuah momen terindah, atau mengindahkan sebuah momenku untukku, caranya sangat mudah, hadirkanlah ia disisiku. Itulah saat2 yg membuat momen dihidupku menjadi semakin indah, karena dirinya adalah keindahan.

Baik, cerita tentang momen yg kedua sebaiknya dituliskan di lain tulisan saja. Karena saia khawatir mata anda2 semua terkena juling mendadak krn begitu banyak tulisan di halaman ini. Sekian kesaksian nyata kisah cinta kami berdua, salam unyuuu!
Eh salah...wassalam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar