Hari ini hari yang aneh. Baru kemarin aku sakit dan Alhamdulillah hari ini aku baru saja sembuh. Sekarang aku hanya duduk sambil melirik jam dengan semangat, dua jam lagi pertemuan kami. Tepatnya pukul dua, kami berjanji akan keluar, jalan ke festival jajanan bango. Tiba2 dtg SMSnya, minta ditelepon. Jarang dia begini.
Ia menawarkanku untuk ikut ke acara pernikahan kawan SDnya, sebuah undangan yg langka, dan terhitung kehormatan bagiku. Aku akan berbaur bersama teman2 kecilnya, aku pikir ini tawaran yg menarik, sayang untuk ditolak. Baiklah, janji bertemu dipercepat, sejam lagi ia akan menjemputku dan aku perlu berdandan secepatnya.
Sukses mendandani diri (dan dgn penuh perjuangan memakai eye liner), aku menatap cermin puas, dandananku terlihat wajar (setidaknya tidak terlihat ke-amatir-anku dalam dunia per-makeup-an). Jarang2 aku mau repot2 berdandan begini, karena bagiku berdandan ialah perjuangan berat dimana aku harus melawan monster eye liner dan menyamarkan alis tebal shincanku, oke berlebihan memang. Tapi aku ingin membuat kesan baik dimata teman2 pangeranku. Aku pun memakai baju feminine dan sandal anggun kitten heelsku yg sudah jarang kukenakan.
Akhirnya dia datang, akhirnya aku menghampirinya, dan akhirnya pula dandananku terlihat. Dengan agak (atau sebenarnya sangat) malu2 aku menghadapinya. Kami pun berangkat dengan semangat 45.
Siang terik ini, merupakan perjuangan berat bagiku untuk mempertahankan make-upku di motor agar tidak luntur. Hasilnya…nihil, kami sampai dengan lepek, keringat menghancurkan penampilan kami, belum lagi rambutku yg berantakan pasca dibawa ngebut (percayalah pemirsa, iklan shampoo yg membuat rambut Allyssa Subandono tetap lurus rapi walau dibawa ngebut itu bohong belaka!!). But show must go on, nothing to lose, don’t worry be happy, kami harus tetap semangat, makanan gratis menunggu kami. Well, gak gratis2 bgt sih, toh pangeranku tetap harus mengeluarkan kocek sepuluh ribu buat patungan amplop seserahan. Dan berlandaskan ilmu ekonomi, dimana kita harus mencari untung sebanyak mungkin dengan modal seminim mungkin, aku telah bertekad untuk tidak menyia2kan uang sepuluh ribu yg dibayarkan cowokku, aku harus makan jauh lebih banyak dari porsi seharga 10rb!! Merdekaaa!!!
Tapi niat itu tak terlaksana karena aku gampang kenyang (lagian malu jg kale, di kondangan org yg nggak dikenal main sikat aja. Ini kan acara temennya cowok gw, jaim dikit laah!!). Maka sesuai prinsip ideal kondangan yg biasa disebut MaLang (Habis Makan->Pulang), setelah makan tanpa berlama-lama kami bubar. Saat sampai ke parkiran motor, terdengar lamat-lamat lagu “When you tell me that you love me” dinyanyikan dengan dramatis oleh penyanyi yg suaranya amatir. Pangeranku berbisik…
“Aku nanti mau ngapalin lagu itu ah!”
“He?” Aku hanya bisa mengangkat alis, jarang2 cowokku mau nyanyi, apalagi sampai ngapalin lirik.
“Aku mau nyanyiin itu pas kita nikah, bareng kamu ya!” Ucapnya dengan sorot mata jail. Aku hanya tersenyum di muka dan tertawa dlm hati, anak ini pasti terinspirasi pasangan pasutri yg sukses lolos ke suara Indonesia dengan menyanyikan lagu itu. Biarlah, kita lihat saja nanti. Akankah seorang Afry Destika Ramadhona menyanyikan lagu “When you tell me that you love me” dengan pasangannya, Siti Khodijah Lubis, saat pernikahan nanti? (Dengan mimik dan intonasi ala SILETTHH)
Aku meragukan tujuan awal kami ke festival jajanan bango karena perut kami telah penuh terisi. Tapi daripada klabing (klayapan bingung), kami tetap meneruskan niat awal, setidaknya kami mau memantau area dulu sekalian menurunkan nasi di perut.
Begitu sampai, kesan riweuh telah menyambut. Nggak heran, lapangan ini memang strategis untuk keramaian, dan semakin ramai karena ada acara langka tersebut. Maka dengan sendal kitten heels (yg nantinya akan membuatku menyesal), aku melangkahkan kaki memasuki area penuh kuliner itu.
Panas, tanah merah menghampar, langkahku berat karena kitten heelsku dengan indahnya minclep2 di tanah. Dengan susah payah aku menyeruak keramaian sembari mengatur langkahku yg goyah. Maka bak penari ballet, aku memutuskan berjalan dengan sedikit berjinjit (berharap sedikit mirip kak Sherina). Apa yg kulihat tidak seindah yg kubayangkan, kukira acara ini akan dikelola dengan elegan. Tapi setelah melihat hamparan tanah merah, penjual kacang rebus, penjual balon, penjual obat keliling, ibu2 dengan setelan kucel pasar, atau dengan daster yg melambai2 indah, acara ini lebih tampak seperti panggung dangdutan di acara kondangan, atau tambahkan saja layar besar, maka jadilah layar tancap alias bioskop misbar.
Apa yg terjadi? Lapar? Tidak, aku justru gerah melihat makanan2 yg mengepul di tengah terik siang ini. Bukannya nafsu makan yg terpanggil, aku malah dehidrasi karena keringatan, I need a drink, something fresh, and must be iced (Uhm…I think I need a room with AC too). Dan dengan CERDASS, aku mencetuskan ide ke pangeranku untuk…berteduh, menyejukkan diri (atau bhs gampangnya numpang ngadem) di bangunan mall sekitar sana. Di sekitar sana memang ada beberapa pusat perbelanjaan, ada Borobudur, Ramayana, tinggal tunjuk sebenarnya. Dan pilihanku jatuh pada…gedung KFC yg berdiri sendiri, bukan tanpa alasan, tapi atas dasar pertimbangan 2 kelebihan, yaitu bangku (yg bisa kita jajah selama mungkin untuk mengobati gejala pusing, pegal, encok, dan asam urat) dan paket goceng. Terbayang olehku minuman float gocengan yg lumayan untuk menyegarkan tenggorokan, dan tentu saja calon suami, ehem…pangeranku setuju.
Aku memesan minuman mocca dengan ice cream float diatasnya, dan pangeranku meminta sebuah Chocolate Sundae. Dengan modal dua pesanan itu, kami numpang duduk dan ngadem dengan bahagia yg tak terkira. Mungkin terdengar bodoh mengetahui 2 dewasa labil (we’re not ABG anymore) memutuskan makan di KFC ketika pameran kuliner yg menghampar lezat diadakan di dekat sana. Tidak, ini bukan menunjukkan fenomena kurangnya kecintaan pada produk lokal daripada produk impor, bukan pemirsa. Tapi ini murni atas dasar…area yg kurang menunjang bagi kami.
Kami banyak bercerita disana. Seperti biasa, jika kami berdua berkumpul maka obrolan kami bisa ngalor-ngidul melintasi alam semesta. Kami memang pasangan dengan obrolan paling hebat sepanjang sejarah manusia. Saat kalian melihat kami ngobrol, jangan harap kalian akan mendengar obrolan romantis cinta2an yg standar diperbincangkan para pasangan, basi. Kalian seolah akan melihat 2 elit cendikia yg memperbincangkan topik penuh intelektualitas, mulai dari kelemahan masyarakat yg menyebabkan kemunduran bangsa, solusi untuk kemajuan perekonomian Indonesia, sampai kebodohan2 yg masih saja dilakukan pemerintah kita. Bukan, kami bukan penyiar TV-One, dan anda tidak sedang menyaksikan TV-One, tp beginilah kami, 2 mahasiswa intelek berwawasan cukup luas yg senang mengkritisi banyak hal.
Di sela2 perbincangan tentang idealisme melenceng masyarakat yg lbh memperhitungkan keuntungan komersil dibanding nilai2 pengabdian terhadap bangsa (terbukti dengan banyaknya intelektualis2 Indonesia yg memutuskan mengabdi pd Negara lain krn gaji yg lbh besar dan hidup yg terjamin), aku tertarik untuk mengungkapkan satu pertanyaan penting. “Emang senpai cita2nya apa? Hacker?” Tebakku dengan tatapan serius, berharap ia akan menawarkan solusi untuk kemajuan bangsa dengan cita2 mulianya. Tanpa kuduga ia bilang “Bukan, jadi suami yg baik buat kamu!”
JIAAAAHHH! Aku kecele, tp bohong kalau kubilang aku kecewa, sebaliknya malah. Tetap, walau topiknya melejit tinggi, keromantisan tetap ada…Ternyata cita2 hacker yg satu ini lebih mulia dr yg kuduga, hahahahaha! LOL!
Akhirnya lapar menyerang pangeranku, tp tdk denganku. Akhirnya ia memesan menu mantap dan aku hanya nyemil creamsoup gocengan. Dan kami melanjutkan lagi makan + obrolan seru kami. Kali ini topiknya lebih ringan, seputar orang2 di dekat kami, teman2 kami. Setelah puas bertukar pikiran dan menurunkan makanan di perut, kami cabut dari sana karena penasaran tentang pameran kulinernya. Toh cuaca lebih mendukung sekarang, sore telah tiba dan matahari mulai meredupkan intensitas cahayanya. Kami berjalan di antara kerumunan org dengan riang, mengamati makanan yg beragam. Ada satu yg menarik perhatian kami, roti cane yg kami cintai dgn segenap hati dan penuh napsu. Akhirnya kami memutuskan untuk memesan roti cane keju satu, mengimbangi pesanan kemarin. Kemarin di kebab Ar-Royan aku memang sempat memesan roti maryam/cane cokelat, maka sekarang giliran roti cane keju yg kami nikmati (Ingat falsafah kami? Choco Cheese, kami ada untk saling melengkapi.).
Supaya romantis (Sebenarnya meminimalisir pengeluaran), 1 cane kami makan berdua, keroyokan. Tapi tak menyurutkan chermistry romantisme yg terasa. Kami berbincang lagi, mengamati sekitar, berkomentar tentang kualitas acara ini yg kurang memuaskan, tapi roti canenya sih enak juga, lembut2 gimanaa gitu. Bahkan aku sempat terinspirasi untuk membuat satu sajak gombal untuknya.
“Roti canenya lembut…selembut hatimu…” Lalu aku berfikir… “Rasanya manis, semanis cintamu…”
Dan ia menyambung… “Iya, ntar bilangnya, bentuknya abstrak, seabstrak wajahmu!”
Dan kami pun tertawa. Bukan aku loh yg bilang, itu murni pengakuan jujurnya. Tapi nggak lah, menurutku dia manis kok, manis banget malah. Cowok mana lagi yg pipinya kyk hamster kebanyakan makan selain dia? Nggak ada lg yg jual (Barang kalee)! Lembek2 gembul gimanaa… gitu, apalagi kalo keringatan, wangi, bawaannya pingin cium pipinya yg putih gembul itu. Maka kalau anda bertemu pasangan dimana sang ceweknya suka mentoel2 pipi cowoknya, besar kemungkinan itu kami.
Setelah memakan roti cane dengan barbar, kami pun memutuskan untuk pulang. Tepatnya sih ke masjid dulu, ritual rutin kami menjelang magrib. Dan masjid langganan kami memang menawarkan kelebihan untuk kami masing2, fasilitas cuci muka untukku, dan fasilitas boker untuk pangeranku. Dan kelebihan tambahan lain, karena dapat memperlama waktu kami untuk berdua. Setelah shalat magrib, kami masih bisa mencuri kesempatan untuk mengobrol lagi. Dan aku selalu menyukai momen2 obrolan terakhir itu.
Waktu pulang tiba, terasa terlalu cepat bagiku, tapi kami memang nggak pernah puas. Di rumah sempat kusuruh ia menunggu untuk mengambil pesanannya, cotton buds alias korek kuping kesukaannya. Bagi pangeranku mengorek kuping adalah hobi, menurutnya hal itu menciptakan sensasi kenikmatan sendiri. Dan aku sempat menawarkan untuk mengorekkan kupingnya, nanti setelah kami terdaftar sah di KUA. Walau sudah kutunda2 dan kuundur2 waktu perpisahan dengannya, akhirnya ia pulang juga. Aku memang ingin berlama2 dengannya, tp lagi2, aku nggak blh egois. Waktunya bukan sepenuhnya hakku, belum, sebelum ijab kabul dia ucapkan dan kami tinggal serumah.
Dan aku masih tidak tahu kapan hal itu akan terwujud…
Tapi hari ini hari yg istimewa, mungkin hari ini kami mengunjungi temannya yg bersanding di pelaminan. Tapi suatu hari, insya Allah, kami yg akan menyusul bersanding di pelaminan...(Setelah ia menyelesaikan PI-nya tentunya!)
Doakan saja...
Doakan saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar